May 31, 2009

SIAPAKAH NASORO, YAHUDI DAN SHOBI’IN ITU ?

إِنَّ الَّذِيْنَ أَمَنُوْا وَالَّذِيْنَ هَادُوْا وَالنَّصَرَى وَالصَّابِئِيْنَ مَنْ أَمَنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلأَخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبهَِّـمْ وَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَهُمْ يَحْزَنُوْنَ (البقرة 62)

Artinya: "sesunguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang orang Sabi`in, siapa saja diantara mereka yang beriman kepada Allah dan hari akhir, dan melakukan kebajikan, mereka mendapat pahala dari tuhannya, tidak ada rasa takut pada mereka, dan merka tidak bersedih hati". (Al-Baqoroh 62)

Di dalam kitab Al Jami’ Liahkamil Qur’an[1] surat Al-Baqoroh ayat 62 di atas kurang lebihnya ditafsiri sebagai berikut. Lafad إِنَّ الَّذِيْنَ أَمَنُوْا yaitu ditafsiri semua orang yang membenarkan Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Alloh SWT. Dan lafad وَالَّذِيْنَ هَادُوْا tafsirannya yaitu orang-orang Yahudi, dan orang-orang Yahudi tersebut dinasabkan kepada Yahuda (mayoritas anak cucu Nabi Ya’kub AS). Juga ada pendapat sebagian ulama’ mengatakan kenapa mereka dinamakan orang Yahudi karena pertobatan mereka kepada Alloh atas penyembahannya kepada anak sapi, dengan perincian sebagai berikut lafad هاب = تاب dan lafad الهائد = التائب dengan dalil yang berada dalam surat Al A’raf ayat 156 إنا هدنا إليك ditafsiri dengan تبنا

Lafad وَالنَّصَرَى dan orang-orang Nasrani , Ibnu Abbas dan Qotadah berkata mengapa mereka dinamakan Nasoro karna diturunkannya Nabi Isa AS di desa Nasiroh kemudian desa tersebut dinisbatkan kepada Nabi Isa dengan sebutan Isa Annasiriy kemudian oleh sahabatnya diganti menjadi sebutan Annasoro sampai sekarang. Sedangkan Imam Jauhari berkata sebutan Nasoro tersebut diambil dari desa yang berada di Syam. Kemudian lafad وَالصَّابِئِيْنَ adalah orang-orang yang mengikuti syariat Nabi-Nabi terdahulu atau orang-orang yang menyembah bintang atau dewa[2].

Dan Ulama’ sepakat bahwa sesungguhnya orang-orang Yahudi dan Nasrani adalah ahli kitab, dikarnakan mereka ahli kitab maka boleh nikah dengan mereka juga memakan makanan yang mereka sembelih sebagaimana keterangannya sudah terantum dalam surat Al Maidah. Tetapi tentang orang Assobiin Ulama’ berbeda pendapat, Imam Malik dan Ibnu Rohawa berpendapat mereka adalah cabang dari orang ahli kitab. Ibnu Mundir dan Imam Ishak berpendapat boleh memakan hewan sembelihan mereka karena mereka termasuk golongan dari ahli kitab. Juga boleh menikahi perempuannya menurut pendapat Abu Hanifah. Akan tetapi Imam Mujahid, Imam Hasan dan Ibnu Abi Najah berpendapat tidak boleh memakan hewan sembelihannya karena mereka adalah kaum yang berada diantara agama Yahudi dan Nasrani.

IMAM SYAHROWARDI

Siswa: 1 Tsanawiyah



[1] Abi Muhammad bin Ahmad Al Anshoriy Al Qurtubiy Al Jami’ Liahkamil Qur’an 351-352 Darul Fikr Bairut Libanon cetakan tahun 1420 H / 1999 M

[2] Al Qur’an terjemah cetakan Saudi Arabia hal 19

KERAS HATI PENYEBAB JAUH DARI ALLOH

ثم قست قلوبكم من بعد ذالك فهي كاالهجارة هجارة أو أشد قسوة وإن من الهجارة لما بتفجرمنه الأنهار وإن منها لما يشقق فيخرج منه الماء وإن منها لما يهبط من خسية الله وما الله بغافل عما تعملون ( البقرة : 74 )

Artinya : “Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.”

Surat Al-Baqoroh ayat 74 di atas tersebut masih menerangkan tentang keadaan Bani Israil, yang selalu melanggar perintah Alloh. Yang insyAlloh tafsirannya kurang lebihnya berikut ini, lafad ثم قست قلوبكم من بعد ذالك , dan lafad قست ini diartikan dengan beberapa arti diantaranya yaitu ( gelisah, keras, kering, kosong ) yaitu hatinya mereka diibaratkan dengan kosongnya hati dari cinta dan mengakui terhadap tanda-tanda Alloh SWT. Abu Aliyah, Qotadah dan lainnya berpendapat tentang keras hatinya yaitu hatinya Bani Israil, sedangkan menurut Ibnu Abbas hatinya ahli waris orang yang membunuh dan penjelasannya telah diterangkan dalam surat Al-Baqoroh ayat 72. Karna ketika mereka diberi berita tentang hidupnya orang yang teleh mereka bunuh (lantaran oleh nabi Musa AS dipukul dengan sebagian angota sapi yang telah disembelih lalu orang yang mati tersebut mengaku bahwa dia dibunuh oleh Fulan bin Fulan) kemudian mati lagi. Tetapi mereka mengingkari bahwa sebagian mereka yang telah membunuhnya.

Rosululloh SAW bersabda diantara salah satu penyebab hati menjadi keras yaitu bayak bicara, sebagaimana sabda beliau yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Abdulloh bin Amar yang artinya: “ Janganlah kamu memperbanyak bicara selain dzikir kepada Alloh karna sesungguhnya banyak bicara selain dzikir kepada Alloh dapat menyebabkan keras hati dan paling jauhnya manusia dari sisi Alloh adalah yang keras hatinya.”(HR. Tirmidzi). Juga hadist yang diriwayatkan oleh Sayyidina Anas RA yang artinya: “ Ada empat macam orang yang celaka pertama tidak bergeraknya mata, kerasnya hati, panjang angan-angan dan yang terahir rakus terhadap dunia.”.

Kemudian tafsirannya ayat فهي كاالهجارة هجارة أو أشد قسوة disini ulama’ dalam menafsiri أوberbeda-beda ada yang mengatakan berma’na واو seperti firman Alloh yang berada dalam surat An-Nisa’ ayat 24 dan Mursalat ayat 26, atau bisa berma’ana بل seperti firman Alloh surat As-Sofat ayat 147 dan ada juga yang mengatakan berma’na takhyir (memilih) ma’nanya yaitu hati mereka diserupakan seperti kerasnya batu atau lebih keras lagi dari batu, penjelasan yang telah disebutkan diatas diambil dari kitab Al-Jami’.[1]

Dan lafad وإن من الهجارة لما بتفجرمنه الأنهار yaitu semua batu dan ada Ulama’ yang mengatakan batu yang dipukul oleh Nabi Musa AS dan memancarkan tujuh mata air juga ada yang mengatakan lebih dari tujuh, guna untuk memberi minum anak cucu orang Yahudi. وإن منها لما يهبط من خسية الله yaitu seperti gunung Tuur yang roboh dan hancur karna takut kepada Alloh SWT. Terus yang terahir lafad وما الله بغافل عما تعملون yaitu Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan dari segi janji dan peringatan yang Alloh berikan terhadap kalian.[2]



[1] Abi Muhammad bin Ahmad Al Anshoriy Al Qurtubiy Al Jami’ Liahkamil Qur’an 372-373 Darul Fikr Bairut Libanon cetakan tahun 1420 H / 1999 M

[2] Sulaiman bin Umar Al-Ujailiy As-Syafi’I Futuhatul Ilahiyah 65-66 juz 1 Darul Ihya’ At-Turos Al-Arabiy Bairut Libanon

May 17, 2009

PERINTAH UNTUK BANI ISROIL

وإذقلنا ادخلواهذه القرية فكلوا منها حيث شئتم رغدا وادخلوا الباب سجدا وقولواحطة نغفرلكم خطاياكم وسنزيدالمحسنين (البقرة : 58)

Artinya: Dan (ingatlah), ketika kami berfirman: "Masuklah kamu ke negeri Ini (Baitul Maqdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak dimana yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, dan Katakanlah: "Bebaskanlah kami dari dosa", niscaya kami ampuni kesalahan-kesalahanmu, dan kelak kami akan menambah (pemberian kami) kepada orang-orang yang berbuat baik". (Al Baqarah: 58)

فبدل الذين ظلموا قولا غير الذين قيل لهم فأنزلنا على الذين ظلموا رجزا من السماء بما كانوا يفسقون.

(البقرة : 59)

“Lalu orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka. sebab itu kami timpakan atas orang-orang yang zalim itu dari langit, Karena mereka berbuat fasik”.(Al Baqarah:59).

Didalam kitab Hadaikurruh Warroihan[1] surat Al-baqoroh ayat 58-59 kurang lebihnya ditafsiri sebagai berikut. Lafad وادخلوا الباب سجدا ditafsiri dengan pintu dari beberapa pintu negri dan di negri itu ada tujuh pintu sedangkan yang diharapkan yaitu pintu yang nomer dua dari Baitul Muqoddas atau pintu Kubbah yang mana di pintu tersebut Nabi Musa dan Nabi Harun AS beribadah dan mereka berdua sholat beserta Bani Israil di pintu Kubbah tersebut. Dan lafad سجداyaitu ditafsiri dengan rukuk dan merendahkan kepala serta merenahkan diri, dan penjelasan ini adalah menurut penjelasan secara hakikiy. Sedagkan penjelasan secara syar’i yaitu bersusud dan bersyukur kepada Alloh SWT. Tafsiran lafad حطة yaitu ditafsiri bebaskanlah dosa dari diri kami serta ampunilah kami, ada sebagian ulama’ yang mengatakan lafad حطة adalah kalimat syahadat dan kalimat istighfar. Dan hasilnya dari tafsiran diatas sesungguhnya mereka semua disuruh masuk pada pintu tersebut dengan wajah yang sopan dan mereka disuruh mengucapkan perkataan “ bebaskanlah kami dari dosa “ dengan lisan yang lembut sehingga kalian semua berkumpul diantara penyesalan hati dan sopannya anggota badan yang hakiki.

Lafad نغفرلكم خطاياكم ditafsiri dengan dosa kita semua, maka dosa mereka semua tidak diampuni atas apa yang telah mereka lakukan ( sujud dan berdo’a ) dan mereka yang mengucapkan lafad ini adalah mereka yang menyembah anak sapi. Dan lafad وسنزيدالمحسنين yaitu ditafsiri dengan taat dan menjalankan perintah untuk mengharap pahala dan keutamaan.

Sedangkan ayat sesudahnya yaitu lafad فبدل الذين ظلموا ditafsiri dengan orang orang dholim yang mengubah taat dan istighfar kepada Alloh diubah menjadi ma’siat kepada Alloh SWT. Dan di dalam dhohirnya lafad Al-Qur’an mereka hanya mengubah bicaranya saja bukan pekerjaanya dan pendapat ini pendapat kebanyakan Ulama’, tetapi ada sebagian Ulama’ yang mengatakan mereka mengubah perkataan dan perbuatannya. Lafad قولا غير الذين قيل لهم yaitu perintah selain yang diperintahkan oleh Alloh SWT karna sesungguhnya perintah Alloh itu berupa perkataan akan tetapi Bani Israil mengubah semua yang diperintah oleh Alloh SWT.

Lalu lafad فأنزلنا على الذين ظلموا yaitu ditafsiri maka Alloh menyiksa terhadap Bani Isroil karna telah mengubah apa yang diperintah oleh Alloh SWT, sedangkan kata kata ظلم itu umum dengan perbuatan dosa kecil, dosa besar dan perbuatan fasik tetapi yang dikehendaki dalam pembahasan ini adalah dosa besar dengan batasan fasik. رجزا من السماء ini ditafsiri dengan penyakit yang diturunkan oleh Alloh dari langit yang berupa toun, balak dan juga adap.



[1] Muhammad Amin bin Abdulloh Al Uromiy. Hadaikurruh Warroihan 423-426 juz 1 Darut Taukin Najah Bairut Libanon cetakan kedua tahun 1426 H / 2005 M

May 10, 2009

Ayat Alloh Sangat Mahal

ولاتشتروا باايتي ثمنا قليلا وإياي فتقون (البقرة .41 )

"Janganlah kamu jual ayat-ayatKu dengan harga murah, dan bertaqwalah hanya kepadaKu".

ولا تلبسوا الحق بالباطل وتكتموا الحق وأنتم تعلمون (البقرة .42)

"Dan janganlah kamu mencampur adukkan kebenaran dengan kebatilan dan jangan lah kamu menyembunyikan kebenaran sedangkan kamu mengetahuinya" .

Didalam kitab Hadaikurruh Warroihan[1] lafad ولاتشتروا باايتي ditafsiri janganlah kamu mengambil dan menyimpan ayat-ayatKu yaitu menyimpan nama Muhammad SAW yang telah tertulis didalamnya. Dan lafad ثمنا قليلا suatu gantian dari dunia yang sedikit karna takut hina yaitu (janganlah kamu menyimpan ayat-ayatKu karena takut mati).

Dan ayat ولا تلبسوا الحق بالباطل ditafsiri janganlah kamu mencampur adukkan barang yang hak (benar) yang telah aku turunkan kepada kalian semua didalam taurot dari sifat Nabi Muhammad SAW yang kalian tulis dengan tangan kalian dengan kebohongan dengan cara mengubah dan mengganti sifat-sifatnya[2].

Ayat ولاتشتروا باايتي didalam kitab Al Jami’[3] ada beberapa permasalahan

1. Alloh mencegah kepada kita untuk tidak menjadi orang yang pertama kali mengkafiri ayat Alloh dan tidak mengambil harga (ongkos) dengan ayat-ayat Alloh yaitu dengan cara mengubah sifat Nabi Muhammad SAW dikarenakan disuap (sogok).

  1. Sebagian Ulama’ berbeda pendapat tentang mengambil upah orang yang belajar Al-Qur’an dan ilmu karna adanya ayat diatas. Imam Azzuhriy dan Ashaburroyyiy beliau berpendapat tidak boleh mengambil upah dari orang yang belajar Al-Qur’an itu adalah wajib yang mana kewajiban membutuhkan niat mendekatkan diri kepada Alloh dan ikhlas. Dikarenakan demikian juga tidak boleh mengambil ongkos sholat dan puasa.
  2. Ulama’ berbeda pendapat tentang hukumnya orang yang sholat dengan mengharap upah karena adanya ayat diatas. Imam Ashab bertanya kepada Imam Malik tentang masalah sholat dibelakang Imam yang mengharap upah dibulan Ramadhan Imam Malik berkata “ ini adalah sesuatu yang sangat tidak baik didalm sesuatu yang baik “. Tetapi Imam Syafi’i dan sahabatnya beserta Abu Tsur berpendapat “ tidak apa-apa mengambil ongkosnya akan tetapi tidak boleh sholat di belakanng Imam tersebut ”.

Imam Said dari Qotadah[4] di dalam menafsiri ayat ولا تلبسوا الحق بالباطل yaitu janganlah kamu mencampur adukkan agama Nasrani dan Yahudi dengan agama Islam karena sesungguhnya agama Nasrani dan Yahudi sekarang ini adalah bid’ah bukan dari Alloh SWT.

Imam Syahrowardi



[1] Muhammad Amin bin Abdulloh Al Uromiy. Hadaikurruh Warroihan 357 luz 1 Darut Taukin Najah. Bairut Libanon. Cetakan kedua 1426 H/ 2005 M

[2] Ibid 357

[3] Abi Abdillah Muhammad bin Ahmad Al Anshoriy Al Qurtubiy. Al Jami’ Liahkamil Qur’an 275-277 Darul Fikri Bairut Libanon cetakan tahun 1420 H/ 1999 M

[4] Ibid 279-280

Jangan Menyuruh Kebaikan Kalau Tidak Melakukan


Jangan Menyuruh Kebaikan

Kalau Tidak Melakukan

أتأمرون الناس بالبر وتنسون أنفسكم وأنتم تتلون الكتاب أفلا تعقلون

Artinya : Mengapa kalian menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan sedang kamu melupakan diri (kewajiban) sendiri, padahal kamu membaca kitab (taurot) maka tidakkah kamu berfikir? (Al-Baqoroh : 44)

Di dalam kitab Hadaikurruh Warroihan[1] lafad أتأمرون الناس hamzahnya adalah istifham ingkari maksudnya adalah untuk menghina dan kagum atas tingkah lakunya orang yahudi yang sangat buruk menurut akal, yaitu mereka menyuruh orang lain melakukan kebaikan sedangkan dirinya sendiri tidak melakukannya

Sangatlah pedih sikasanya bagi orang yang memiliki sifat yang telah disebutkan oleh Al-Qur’an 01: 44, di dalam kitab Al-Jami’ Liahkamil Qur’an[2] disebutkan bahwa orang yang mempunyai sifat seperti di atas disiksa nanti di hari kiamat. Sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Abu Umamah Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya: “Sesungguhnya banyak orang menyuruh kepada manusia mengerjakan kebaikan sedangkan dirinya sendiri tidak melakukannya, maka mereka di neraka jahannam dipotong-potong. Lalu nabi bertanya kepada mereka, siapakah kalian? Lalu mereka menjawab kami adalah orang-orang yang menyuruh manusia melakukan kebaikan sedangkan kami sendiri tidak melakukannya”.

Tafsiran lafad وتنسون أنفسكم di dalam kitab Al-Jami’ yaitu meninggalkan. Dam tafsiranya ayat وأنتم تتلون الكتاب ayat ini adalah celaan yang amat sangat bagi orang yang faham dan orang yang membaca al-kitab (taurot). Sedangkan lafad أفلا تعقلون tafsirannya yaitu apakah kalian tidak mencegah diri kalian dari perbuatan yang menimpa pada kalian.

Sedangkan di dalam Kitab Mukhtasor Ibnu Katsir[3] lafad أتأمرون الناس dijelaskan bahwa Bani Isarail menyuruh manusia untuk taat dan takut kepada Alloh SWT tetapi dirinya sendiri mengingkarinya maka Alloh menghina kepada mereka dengan menurunkan ayat di atas. Ibnu Abbas menafsiri lafad وتنسون أنفسكم yaitu meniggalkan dirinya sendiri dan lafad وأنتم تتلون الكتاب أفلا تعقلون yaitu ditafsiri mereka mencegah manusia untuk kafir dengan sesuatu yang yang berada disisinya dari kenabian, perjanjian yang berada di dalam kitab taurot. Tetapi mereka sendiri tidak melakukannya yaitu mereka mengkafiri terhadap sesuatu yang telah dijanjikan kepada mereka seperti membenarkan Rosululloh dan menepati janji. Ad Dhahak dari Ibnu Abbas didalam menjelaskan ayat di atas yaitu:” Apakah kamu menyuruh pada manusia untuk masuk dalam agama Muhammad dan mendirikan sholat sedangkan kalian sendiri tidak melakukannya”.

Oleh karena itu marilah kita bersa-sama mengajak kebaikan kepada orang lain dan jangan lupa melakukan apa yang telah kita perintahkan kepada orang lain, agar kita tidak masuk pada kategori yang telah disebutkan oleh Al-Qur’an 01 : 44 karna siksanya sangat pedih nanti di hari kiamat.

IMAM SYAHROWARDI

Siswa kls 1 Tsanawiyah



[1] Muhammad Amin bin Abdulloh Al Uromiy Al Haroriy As Syafii Hadaikurruh Warroihan 391 juz 1 Daruut Taukin Najah Bairut Libanon cetakan kedua tahun 1426 H / 2005 M

[2] Abi Muhammad bin Ahmad Al Anshoriy Al Qurtubiy Al Jami’ Liahkamil Qur’an 301-304 Darul Fikr Bairut Libanon cetakan tahun 1420 H / 1999 M

[3] Imam Imaduddin Abi Fida’ Ismail bin Katsir Addamsikiy Mukhtasor Ibnu Katsir 59 juz 1 Darul Quranul Karim Bairut Libanon cetakan ke 7 th 1402 H / 1981 M


Apr 26, 2009

Sebab Turunnya Nabi Adam Dan Hawa Ke Bumi

فأزلـهما الشــيطان عنها فأخـرج هما مما كان فيه وقلنا إهبطوا بعـضكم لبعـض عــدو ولكم في الأرض مستقر ومتاع الى حين

"Lalu syetan memperdayakan keduanya dari syurga, sehigga keduanya dikeluarkan dari (segala kenikmatan) ketika keduanya di sana (syurga), dan kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat tiggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan." (QS Al Baqarah, 36)

Kitab Al Jami Liahkamil Qur’an[i] dalam menafsiri ayat di atas yaitu lafad فأزلـهما ini adalah bacaan kebanyakan Ulama’ dengan menetapkan alif, dan ada yang membaca dengan tampa alif diambil dari lafad زلة (kecelakaan, dosa, khilaf) maksudnya adalah, syetan berkehendak untuk memberikan kesalahan dan ingin mengeluarkan Nabi Adam dan Ibu Hawa dari syurga. Imam hamzah membaca dengan menetapkan alif فأزلـهما mengambil arti dari lafad تنحية (menyingkirkan) yaitu syetan bekehendak menyingkirkan keduanya dari syurga. Ibnu Kaisal berpendapat, lafad فأزلـهما ini diambil dari kata baku زوال (bergeser) maksudnya yaitu berpalingnya Nabi Adam dan Siti Hawa dari mengerjakan pekerjaan yang taat kepada Alloh bergeser menuju pekerjaan maksiat kepada Alloh SWT.
Dalam kitab Hadaikurruh Warroihan[ii] dalam menafsiri ayat di atas yaitu syetan (iblis) mengelincirkan Adam dan Hawa juga menyingkirkan keduanya dan menjauhkan keduanya dari syurga, dan disebutkan dalam Al Qur’an surat Al Imron ayat 155 yang artinya: “Hanya saja mereka digelincirkan oleh syetan, disebabkan kesalahan yang telah mereka perbuat (di masa lampau)” (Al Imron: 155). Dan masuknya syetan (iblis) ini untuk mengeluarkan keduanya bagaimana ? Sedangkan iblis ini seorang kafir dan orang kafir tidak bisa masuk syurga. Masuknya syetan (iblis) ini ada beberapa pendapat
Masuknya syetan (iblis) ini menyerupakan dengan wajah yang mulia seperti masuknya malaikat ke syurga, dan iblis tidak tercegah masuk ke dalam untuk menggoda dan menguji Adam dan Hawa.
Masuknya syetan (iblis) ke syurga melalui rupa hewan dari salah satu hewan yang berada di syurga.
Syetan (iblis) meggoda Adam dan Hawa dari luar syurga sebagaimana dijelaskan dalam surat Al A’raf ayat 20 yang artinya “ Maka syetan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya “.
Dan ada lagi yang mengatakan selain dari yang telah disebutkan di atas.

Oleh karena itu mari kita bersama-sama berhati-hati untuk menghadapi serangan syetan yang datang secara tiba-tiba. Seorang ahli hikmah dalam penelitiannya tentang serangan syetan terhadap manusia, telah memperoleh 10 data (jalan terobosan) yaitu[iii]
1).Diterobos lewat kerakusan dan keburukan prasangkanya, maka jika terjadi yag demikian hendaklah menangkisnya dengan keyakinan mantap pada janji Alloh dan bersikap qona’ah.
2).Diterobos lewat khayalan (lamunannya), dan tidak sedikit orang yang sering ngelamun itu kerasukan syetan, solusinya adalah dzikrulloh dan ingat maut.
3).Diterobos lewat berlagak santai dan kelezatan nikmat, dan jika terjadi seperti ini maka balaslah serangan itu dengan menyadari bahwa ni’mat itu akan lenyap dan hisab di hari kiamat amatlah berat.
4).Diterobos dari rasa bangga (ujub) atas keberhasilan usahanya, cara menghadapinya adalah tangkislah dengan mengingat karunia yang diberikan Alloh dan takut akan akibatnya
5).Diterobos dengan mengecilkan kawan dan menghinanya, jika terjadi demikian maka hendaklah saling menghargai dan menghormati.
6).Diserbu dengan sifat hasud, kalau terjadi yang demikian maka hadapilah dengan keyakinan akan keadilan Alloh dalam membagi rizki.
7).Dari sifat ingin dipuji (riya’) manusia, jika ini terjadi maka patahkanlah dengan keihlasan amal.
8).Diserang dengan sifat kikir, maka jika hal ini terjadi harus berjuang dengan mengingat bahwa segala sesuatu yang berada di tangan manusia pasti lepas (binasa).
9).Diterobos dengan sifat sombong, jika terjadi demikian maka lawanlah dengan rendah diri “tawaddu’”.
10). Ditembus dengan sifat tamak, maka jika terjadi sedemikian hendaklah ditahan dengan berharap semata-mata kepada Alloh dan setiap harapan pada manusia putuskanlah.


[i] Abi Abdillah Muhammad bin Ahmad Al Anshoriy Al Qurtubiy. Al Jami’ Liahkamil Qur’an 359 Darul Fikri Bairut Libanon cetakan tahun 1420 H/ 1999 M

[ii] Muhammad Amin bin Abdulloh Al Uromiy. Hadaikurruh Warroihan 320 luz 1 Darut Taukin Najah. Bairut Libanon. Cetakan kedua 1426 H/ 2005 M

[iii] Abu Laist Samarqondiy yang dialih bahasakan Indonesia oleh Abu Imam Taqyuddin Terjemah Tambihul Ghofilin 618-622 Mutiara Ilmu Surabaya

Apr 12, 2009

MUSYAWAROH

1.Pengertian musyawaroh

Kata musyawaroh berasal dari bahasa arab bentuk masdar dari zighot (bentuk) fi’il madi شاور يشاور مشاورة yang artinya menurut etimologi yaitu: berembuk atau berunding, sedangkan menurut terminologi adalah: perundingan bersama antara dua orang atau lebih untuk mendapatkan keputusan yang lebih baik.

Keterangan diatas dapat diambil pengertian bahwa musyawaroh sangatlah penting bagi kita semua untuk menjadikan suatu keputusan masalah agar menjadi lebih baik.Sebab dengan bermusyawaroh persoalan atau masalah-masalah yang muncul dapat dipecahkan dan dicarikan jalan keluarnya bersama sama

.

2.Pentingnya musyawaroh

Musyawaroh sangat penting dalam segala bidang baik itu berupa:agama, negara, organisasi dll.Sebab apabila tampa diadakan musyawaroh, apabila ada masalah akan sulit dipecahkan, diantara pentingnya diadakan musyawaroh antara lain:

a).Untuk mencari jalan keluar dari suatu masalah secara adil

b).Untuk mencari kebenaran dan persetujuan bersama demi

kemaslahatan bersama

c).Untuk menghilangkan sikap otoriter,diktator dan sewenang

wenang

d).Untuk belajar mengemukakan gagasan dan pendapat

Dan saking pentingnya lagi, sampai Alloh swt berfirman dalam surat al imron ayat 159 yang artinya.

“Maka disebabkan rahmat Alloh kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka,sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu, karena itu maaf kanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarohlah dengan mereka dalam urusan itu, kemudian jika kamu telah mambulatkan tekat maka bertawakkallah kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh menyukai orang yang bertawakkal kepadanya .”{QS Al Imron:159}

.Dan sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya:

“Tidak seorangpun yang paling banyak bermusyawaroh dengan para sahabatnya selain dari Rosulluloh SAW “.{HR Abu hurairoh}

.Dalam hal ini secara jelas dan tegas menunjukkan betapa pentingnya majelis musyawaroh untuk membicarakan suatu persoalan yang sedang dihadap

i.

keutamaan sedekah

KEUTAMAAN SEDEKAH

Pernakkah anda di suatu saat hati anda sangat susah dan pekerjaan anda selalu tidak sukses atau penyakit anda tidak kunjung sembuh, juga bencana alam yang tak kunjung hentinya.Taukah anda bahwa solusinya sangat mudah dan gampang yaitu bersedekah, sesuai dengan sabda Nabi:

حصنواأموالكم بالزكاة وداووامرضاكم بالصدقة

واستقبلواأنواع البلاء بالدعاء} ألحديث{

Artinya:”Peliharalah hartamu dengan mengeluarkan zakat dan sembuhkanlah (obatilah) para pasienmu (yang sakit dari keluargamu) dengan bersedekah, dan atasilah (ditolak) aneka bala’ dengan memanjatkan do’a.(Al-Hadits)

Sehubungan dengan hadits diatas ada sebuah cerita pada zaman dahulu, seorang pendeta yang sudah 60 tahun beribadah di biaranya, lalu tergoda seorang pelacur, hingga melanggar larangan Alloh, menjelang kematiannya ia memberi sepotong roti pada seorang pengemis. Sesudah mati amalnya ditimbang, lebih berat dosanya dari pada 60 tahun ibadah nya. Tetapi sesudah ditambah dengan roti sepotong, mendadak timbanganya menjadi lebih berat amal baiknya dari pada dosanya, dan selamatlah ia barkat roti sepotong

Oleh karena itu marilah kita berlomba lomba dalam bersedekah, sebab Alloh bersabda dalam Al Qur’an surat Ali Imron ayat :92 yang artinya “Kamu tidak akan mencapai bakti sempurna sebelum membelanjakan setengah hara yang kau cintai.” {Ali Imron:92}.Dan sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya “ Orang kikir jauh dari Alloh, jauh dari manusia dan dekak denga neraka Nya. Dan pemurah dekat pada Alloh dekat dari sorga Nya mudah bergaul dengan manusia jauh dengan neraka Nya.”{Al Hadits}

Dan ada perkara pembangkit semangat sedekah dan memperbesar pahalanya yaitu :

1.Bersedekah dengan harta yang halal

2.Memberinya dengan harta yang sedikit

{jangan menunggu kaya atau menuggu

banyak harta}

3.Menyegerakannya, khawatir tidak

punya kesempatan bersedekah

sebelum mati.

4.Memilih harta yang paling baik,

khawatir digolongkan orang orang

bakhil

5.Bersedekah dengan samar-samar

khawatir riya’

6.Tidak mengundat-undat, khawatir sia

sia amalnya

7.Tidak menyakiti atau menghina orang

yang diberi karna takut dosa .Alloh

berfirman :

لاتبطلوا صدقاتكم بالمن والآذي

Artinya:”jangan batalkan pahala sedekahmu, dengan mengundat-undat dan menyakiti (menghina).” (Al-Baqoroh)

Siapakah mahluk yang pertama di bumi?

وإذقال ربك للملائكة إني جاعل فى الأرض خليفة قالوا أتجعل فيها من يفسد فيها ويسفك الدمأ ونحن نسبح بحمدك ونقدس لك قال إني أعلم مالاتعلمون. (البقرة-30)

Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah dumi.” Mereka berkata, “apakah engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan mensucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Setelah turunnya ayat tersebut dapat menimbulkan pertanyaan bahwa Alloh SWT sebelum mengutus Nabi Adam AS telah mengutus mahluk lain sebelum Adam AS . Siapakah mahluk tersebut? Di dalam kitab Durul Mansur[1] dalam mentafsiri ayat إني جاعل فى الأرض خليفة yaitu sebelum Nabi Adam As diutus menjadi kholifah di bumi Alloh telah mengutus Jin dan anak cucunya di Bumi selama 1000 tahun. Lalu mereka merusaknya dan mengalirkan darah, kemudian Alloh mengutus Malaikat ke Bumi sebagai tentara, maka mereka membunuh semua jin sampai ke semenanjung laut. Dan keterangan ini adalah pendapat Al Hakim dan dishohihkan oleh Ibnu Abas.

Ibnu Jarir juga berpendapat dari Ibnu Abbas[2] tentang menafsiri ayat di atas yaitu yang pertama kali menempati bumi adalah Jin tetapi mereka merusaknya, mengalirkan darah dan saling membunuh antara satu dengan yang lainnya. Kemudian Alloh mengutus Iblis sebagai tentara dari sebagian Malaikat kemudian mereka membunuh semua Jin dari semenanjung laut hingga ke puncak-puncak gunung. Setelah Iblis melakukan pekerjaannya lalu dia menyombongkan diri dengan berkata “ Aku telah membuat sesuatu yang mana tak pernah seorang pun melakukan perbuatan tersebut “ kemudian Alloh mengetahui perkataan Iblis tersebut walaupun dalam hatinya, sedangkan Malaikat tidak mengetahui.

Dari kesimpulan ayat di atas dapat diambil pengertian bahwa Alloh mengutus kholifah di Bumi yang pertama bukanlah Nabi Adam tetapi jin dan anak cucunya lalu Alloh mengutus Nabi Adam AS, sebagai penggantinya beserta anak cucunya hingga sekarang sebagai kholifah di bumi.



[1] Jalaluddin As Suyuthi Durul mansur (102-103) Darul Ihya’ At tauroh Al arabiy Bairut Libanon

[2] Imam Fahrur Roziy Tafsir Kabir (388-389) Darul Ihya’ At tauroh Al arabiy Bairut Libanon

Apr 5, 2009

PERAN ANAK PADA ORANG TUA


Setidaknya sebagai seorang anak harus mematuhi orang tuanya baik lahir maupun batin dikarnakan jasa yang sangat mulia yang telah diberikannya, seperti seorang ibu yang telah mengandung selama 9 bulan lamanya, menyusui dan merawat hingga dewasa
Dan seperti seorang ayah yang telah mencari nafkah untuk menghidupinya, maka dari itu sewajarnya kalau kebaikan tersebut kita balas dengan berlipat-lipat kebaikan jangan sampai kita balas dengan kejelekan, seperti pepatah yang megatakan air susu dibalas dengan air tuba, yaitu kebaikan yang dibalas dengan kejelekan.Akan tetapi dimasa sekarang sulit untuk mencari anak yang berbakti pada orang tuanya dikarnakan pola pikir mereka yang hanya mengutamakan harta dari pada mengutamakan orang tuanya.
Allah telah berfirman dalam hadist qudsi:
Aku bersumpah dengan keagungan dan kekuasaan-Ku bahwa bila seorang anak tidak patuh pada orang tuanya seraya datang kepada-Ku dengan segala amal baik semua para Nabi niscaya Aku tidak akan menerimanya.”
Firman diatas nampak bahwa sangat mulianya seorang ayah dan ibu sehingga Allah mewajibkan bagi seorang anak untuk mentaati dan juga mencintainya selagi perintah tersebut tidak bertentangan dengan syariat. didunia ini, orang tualah yang meyebabkan adanya kita dan menempatkan kita pada kesempurnaan yang tinggi sebagai manusia. Bila ada seseorang setelah sang maha pencipta, yang secara langsung bertanggung jawab terhadap keberadaan (eksistensi) dan perkembangan anak maka ia adalah orang tua.Dan apabila kita berbicara secara metaforis, maka orang tua adalah tuhan bagi anak-anaknya, karena alasan inilah Al-qur’an pada banyak surat telah mencantumkan kepatuhan terhadap orang tua seiring dengan kepatuhan terhadap Allah.
Allah berfirman didalam surat al-isro’ ayat 23 -24.
Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan meyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya jika salah seorang diantara keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah”dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka denga penuh kasih sayang dan ucapkanlah: “wahai tuhanku, kasihilah mereka sebagai mana mereka telah mendidik aku waktu kecil”.
Bagaimanapun, yang paling penting bahwa cinta dan patuh terhadap orang tua juga termasuk cinta kepada Allah, dan Allah menjadikan musuh pada orang yang tidak patuh atau benci pada orang yang dicintai Allah maka Allah akan menjauhkannya dari surga-Nya. Kata cinta dan ketaatan ialah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, cinta bagaikan nyala lampu dan ketaatan bagaikan cahayanya yang terang.

Perayaan Maulid Nabi SAW

Kata “مَولِد” adalah bentuk isim zaman yang diambil dari kata “ولد” dalam bentuk madli yang artinya: hari, bulan atau tahun kelahiran. Jadi yang dimaksud dengan bulan maulid adalah: bulan kelahiran Nabi besar Muhammad SAW.
Bulan Rabiul Awal merupakan bulan kelahiran Rasulullah SAW, tepatnya pada hari senin, tanggal 12 Rabiul Awal, yang pada tahunnya terkenal dengan sebutan tahun GAJAH. Sebagian besar umat islam –tepat pada tanggal dan bulan ini- membiasakan merayakan hari kelahiran Baginda Rasulullah SAW (molotan; madura), dengan berbagai macam cara; baik dengan cara yang sederhana seperti: selamatan (arebbe; madura), dengan membawa beranakaragam makanan dan buah-buahan ke- masjid/musholla sambil membaca sholawat “barzanji” dan lain sebagainya, atau dengan cara yang cukup meriah seperti: mengadakan pengajian akbar/umum yang mengisahkan atau meriwayatkan sejarah perjalanan Rasulullah SAW dan lain sebagainya, untuk mengisi dan menghiasi bulan itu. Apakah hal semacam ini pernah terjadi dizaman Rasulullah, atau dizaman sahabat? Kalau memang pernah terjadi, apakah perayaannya sama dengan yang dilakukan umat islam sekarang ini?.
Sekitar lima abad yang lalu, pertanyaan seperti ini juga muncul. Dan sampai sekarangpun pertanyaan-pertanyaan seperti ini masih sering kita dengarkan.
Seperti yang telah diketahui, perayaan Maulid Nabi ini merupakan satu perayaan yang terjadi kontroversi antar ulama`. Ulama` berbeda pendapat akan kebolehan perayaan ini. Masyarakat awam terjepit antara dua pendapat yang harus diikutinya. Sedangkan kedua belah pihak terdiri daripada ulama`-ulama` terkemuka. Lalu pendapat mana yang harus kita ambil?. Disini –Insyaallah- kami akan menjelaskan tentang masalah ini.
Sebenarnya banyak dari kalangan ulama` yang menyokong dan menyerukan akan perayaan Maulid Nabi yang antara lain ialah: Imam Jalaluddin Sayuti, Sayid Sheikh Ahmad bin Zaini Dahlan, Imam Sayuti, Ibnu Hajar Asqalani dan Ibnu hajar al-Haitami, Syaikh Ja`far Al-Barzanji, dan Sultan Salahuddin Al Ayyubi.
Imam Jalaluddin Sayuti berkata:
“Amalan (perayaan) semacam itu adalah bid`ah, akan tetapi bid`ah Hasanah (bid`ah baik) yang diberi pahala bila mengerjakannya kerana dalam amalan (perayaan) tersebut terdapat suasana membesarkan dan mengagungkan Nabi Muhammad SAW, melahirkan kesukaan dan kegembiraan atas lahirnya Baginda Rasulullah SAW yang mulia”.
Sayid Ahmad bin Zaini Dahlan berkata: “Telah berlaku kebiasaan bahwa orang apabila mendengar kisah Nabi dilahirkan, maka ketika Nabi lahir itu mereka berdiri bersama-sama untuk meghormati dan membesarkan Nabi Muhammad saw. Berdiri itu adalah hal yang mustahsan (dianggap baik) kerana pada dasarnya ialah membesarkan Nabi Muhammad saw dan sesungguhnya banyak yang telah mengerjakan hal serupa dari banyak kalangan ulama`-ulama` panutan umat”.
Syeikh Atiah Saqr juga berkata: Saya berpendapat “tidak menjadi kesalahan untuk menyambut maulid. Apatah lagi di zaman ini pemuda pemudi Islam semakin lupa dengan agama dan kemuliannya”.
Dalil-dalil yang ulama`-ulama` yang disebut di atas, yang cenderung membolehkan acara Maulid semacam ini tidak lain adalah berikut: 1.Firman Allah SWT -ketika mengutus Nabi Musa kepada kaumnya- yang maksudnya:
“Hendaklah kamu memperingatkan mereka dengan hari-hari kebesaran Allah”. (Surat Ibrahim: 5). 2. Firman Allah dalam surat Yunus: 58
“katakanlah: dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.” Ibnu `Abbas r.a. -dalam menafsirkan ayat ini- berkata: “yang dimaksud dengan kata “فضل الله” (karunia Allah) ialah: ilmu, dan “وبرحمته” (rahmat-Nya) ialah: Nabi Muhammad SAW. hal ini diperkuat dengan firman Allah SWT:
“Dan Kami tidak mengutusmu (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam”. (Al Anbiya`: 107) Yang artinya; Nabi Muhammad dilahirkan/diutus kedunia, tidak lain adalah sebagai rahmat bagi seluruh alam. Jadi sudah sepantasnya bagi ummat Muhammad (ummat islam) untuk selalu bersyukur kepada Allah SWT, tidak hanya pada setiap tahun saja, melainkan setiap bulan, setiap minggu, setiap hari, bahkan, setiap saat/detikpun kita harus mensyukurinya. Sebagaimana telah dilakukan oleh orang Yahudi. Dimana mereka berpuasa dihari Asyra` (10 Muharram), sebagai wujud syukur mereka atas selamatnya Nabi Musa AS dan ditenggelamkannya Fir`aun dan bala tentaranya. -Demikian yang disebutkan dalam hadits Bukhori Muslim-. Bahkan dalam kelanjutan hadits ini Nabi Muhammad berkata: Aku lebih berhak daripada kalian (orang yahudi). Lalu bagaimana dengan terlahir dan terutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai Sayidul Anbiya` wal Mursalin dan Khotimul Anbiya`. Tidakkah ini lebih patut kita syukuri?.
Tidak ada kenikmatan yang paling besar, selain keimanan dan keislaman yang telah dibawa dan disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW.
Sayid Muhammad Alawi Al Maliki Al Husni dalam kitabnya menjelaskan bahwa, orang yang pertama kali merayakan Maulid Nabi SAW, tidak lain adalah Beliau (Nabi SAW) sendiri, ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan Imam Muslim:
“Nabi telah ditanya tentang puasa hari Isnin (senin). Beliau bersabda: Pada hari tersebut adalah hari kelahiranku”.
Ada juga riwayat lain dari Abi Qatadah al Ansori; beliau berkata: Nabi telah ditanya tentang puasa hari Isnin (senin). Beliau bersabda: Pada hari tersebut adalah hari kelahiranku dan hari aku diutus sebagai Rasul dan juga hari diturunkannya Quran padaku”. Dari hadits ini jelas, bahwa Beliau Nabi Muhammadpun merayakan hari kelahirannya sendiri, dan merupakan orang yang pertama kali merayakannya. Akan tetapi Beliau merayakannya dengan cara berpuasa.
Apakah kita juga harus melaksanakan perayaan ini (maulid) dengan cara berpuasa?.
Tentu saja tidak, yang penting hukum asal dalam “syari`at islam” ada, -sama halnya dengan sholat TARAWIH- maka kita tinggal melaksanakannya saja. Adapun cara, itu tergantung pada ijtihad, pemikiran dan keberadaan/kemampuan kita masing-masing. Yang penting tidak bertentangan dengan “syariat” atau undang-undang islam (Al Qur`an, Al hadits, Ijma` Ulama`, dan Qiyas). Namun yang perlu ditekankan dalam mengadakan perayaan ini adalah: mengingat kepribadian atau sifat-sifat dan akhlak Nabi Muhammad SAW untuk kita teladani, sekaligus menjalani segala tuntunan-tuntunan yang beliau ajarkan melalui Al Hadits. Dikarnakan banyak ummat islam yang melupakan atau menyepelekan hal-hal yang sudah dituntunkan oleh Nabi SAW seperti: etika ketika masuk/keluar masjid, masuk/keluar WC, dan lain sebagainya, bahkan berhubungan intimpun (suami istri) itu telah dituntun oleh Nabi SAW. Padahal semua gerak-gerik kita dalam “sehari- semalam” itu tidak luput dari tuntunan Al Hadits.
Ada pula kelompok yang menyerukan, mencintai Nabi Muhammad tidak harus diwujudkan dengan perayaan (molotan; madura) yang berbau bid'ah. Momen maulid nabi diingat dengan jalan mencintai dan ittiba' (mengikuti) syariatnya/sunnah-sunnahnya dan mengagungkannya. Selain itu berdakwah serta memerangi setiap penyimpangan.Wallahu A`lam.[]
oleh Muhammad Su'udi

Mar 1, 2009

MIRAS

MIRAS

Di zaman yang semakin moderen ini banyak orang yang terjerumus dalam lembah minuman keras ,tak memandang status sosial ,ekonomi maupun usia .Terlebih lebih anak muda sekarang,mereka beranggapan bahwa kalau mulut mereka belum pernah berbau alkohol ,maka mereka tidak bangga menjadi anak muda .Padahal perbuatan yang seperti itu dilarang oleh Rosululloh SAW,sebagaimana diterangkan dalam sebuah hadist

نهى رسول الله صلى الله عليه وسلم عن كل مسكرمفتر

Artinya: Rosululloh SAW melarang setiap zat yang memabukkan dan melemahkan [HR Ummu Salamah ra]

Oleh sebab itu kita sebagai pemuda calon pemimpin masa depan ,kita harus menjauhi segala hal yang dapat memabukkan dari segi apapun bentuknya ,baik itu berupa miras narkoba atau narkotika kita wajib menjauhinya.Karena apabila kita sudah terjerumus dalam hal yang memabukkan tersebut, bagaimana nanti anak cucu kita, masa depan kita, orang yang kita pimpin kalau pemimpinya pemabuk.

Oleh karena itu marilah kita bersama sama menjauhi hal-hal yang dapat memabukkan, karena Alloh SWT mengutuk 10 macam manusia, akibat berurusan dengan arak [sesuatu yang memabukkan],yaitu:1. Peminumnya 2. Penyelenggara pesta [yang menjamu] arak 3. Pembawa dan yang dibawakan 4. Pedagangnya 5. Dagangannya 6. Penjual ecerannya [kios,kedai dan toko] 7. Pembelinya 8.Pemerasnya 9. Bos, pemilik, majikan yang mengongkosi buruh meras arak 10. Petani arak [penanamnya]. Demikianlah penegasan Ibnu Mas’ud ra. Juga marilah kita bersama sama untuk menjauhi minum minuman keras, karena di dalam minum minuman keras itu ada 10 bencana yaitu:

1. Menempatkan diri pada maqam gila

2. Bencana miskin dan sinting

3. Bencana percekcokan dan permusuhan diantara keluarga dan teman

4. Bencana terhalang mengingat Alloh dan melakukan sholat

5. Bencana zina

6. Menjadi perintis kejahatan, [karena dalam keadaan mabuk ringan untuk melakukan aneka ragam kejahatan]

7. Mengganggu malaikat Hafadhah

8. Bencana hukum dera 80 kali pukulan yang disaksikan masyarakat Muslim

9. Tertolak amal baik dan do’anya selama 40 hari [untuk minum satu kali]

10. Tidak tertanggung jawab atas keselamatan imannya, karena bisa mati tidak membawa iman

T T D

IMAM SYAHROWARDI

31 – DESEMBER - 2007