May 23, 2010

Menebar Sejuta Cinta Buat Dia

Menebar Sejuta Cinta Buat Dia    

Walaupun nggak ngikutin perayaan Valentine, bukan berarti kita nggak bisa berkasih sayang. Banyak cara dan usaha untuk bisa mengungkapkan cinta dan kasih sayang pada siapapun. Tunjukkan bahwa tanpa Valentine kita masih bisa membuktikan rasa cinta kita. Biar sejuta cinta terungkap dan semilyar dendam terpendam kalian perlu menyimak ini, nih… .
1. Banyakin senyum
Asahlah kepekaan hati dan jiwa kita, tebarkan senyuman yang kita miliki pada orang-orang di sekitar kita. Asalkan jangan kebanyakan senyum, lho !!! Ntar kamu dikira orang gila !!! Dengan senyum hidup kita akan tenang dan menjadi indah melihat wajah-wajah di sekitar kita ceria dan mereka pun tentu akan bahagia menjalani kehidupannya. Lagipula senyum itu shodaqoh juga, kan. Tul, nggak ?
2. Ungkapin cinta sebagai bukti
Eiit…, pernah nggak kamu baca cerita mengenai ungkapan cinta sebagai bukti? Ada suatu cerita, ketika ada seseorang di samping Rasulullah SAW, lalu lewatlah seorang sahabatnya. Kemudian orang di samping Rasulullah berkata, “Ya, Rasulullah, aku mencintai dia. “ Lalu Rasul pun balik bertanya, “Sudahkah kamu mengatakannya?“ “Belum !!!“ jawab orang itu. “ Ungkapkan padanya, “ kata Nabi. Lalu orang itu menghampiri sahabatnya. “Ya, fulan. Aku mencintaimu karena Allah. “ Dan sahabatnya menjawab, “ Semoga Allah mencintaimu karena engkau mencintaiku karena-Nya. “ Begitulah sobat muda Insan… cinta atas nama Allah, maka jawabannya so pasti karena Allah juga… . Siap ndak nih kamu mengungkapkan cinta pada sobat tercinta kamu ?
3. Tiada cinta tanpa pengorbanan
Yup, dengan bersahabat apalagi karena cinta memang membutuhkan banyak pengorbanan. Misalnya orang tua kamu mencintai kamu, pasti deh mereka menjagamu terus mengantarmu kemana kamu ingin pergi dan paling penting mereka pasti sangat melindungimu. Meski kadang kala dengan pengorbanan itu tak ada harganya di matamu atau terasa mereka mengekang langkahmu, tapi dengan jujur bertanyalah pada hatimu sendiri apakah kamu mencintai beliau berdua juga.
4. Saling memberi dan berbagi
Nggak hanya mengharapkan orang lain mencintai kita, tapi kita musti mulai mencintai orang lain, agar terjadi keseimbangan. Barangsiapa yang banyak memberi, insya Allah akan banyak menerima. Apalagi udah banyak memberi nggak harap balasan. Bila diibaratkan sebuah mata air yang selalu bergejolak keinginannya untuk melepaskan beribu-ribu kubik air bening selanjutnya menderas mengikuti alur sungai menuju lautan luas, mata air sama sekali tidak pernah mengharapkan ia kembali. Sama pula seperti pancaran sinar cerah matahari di pagi hari, dari dulu sampai sekarang ia terus-menerus memancarkan sinarnya tanpa henti, dan sama pula, matahari tidak mengharap sedikit pun sang cahaya yang telah terpancar kembali pada dirinya.
5. Do’a
Nah, untuk yang satu ini jangan lupa mendo’akan mereka, orang-orang yang kamu cintai, karena dengan do’alah kita bisa merasa dekat dengan Allah serta saudara kita yang lainnya. Do’a yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW adalah doa Robithoh, yaitu : “Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahwa hati-hati ini telah berkumpul untuk mencurahkan kecintaan hanya kepada-Mu, bertemu untuk taat kepada-Mu, bersatu dalam rangka menyeru di jalan-Mu, dan berjanji setia untuk untuk membela syariat-Mu. Maka kuatkanlah ikatan pertaliannya ya, Allah, abadikanlah kasih sayangnya, tunjukkanlah jalannya dan penuhilah dengan cahaya-Mu yang tidak pernah redup, lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman dan keindahan tawakkal kepada-Mu, hidupkanlah ia dengan ma’rifah-Mu, dan matikanlah ia dalam keadaan syahid di jalan-Mu… Amin”. Dengan do’a diatas insya Allah akan menjamin kehidupan bermasyarakat kita menjadi damai karena semua orang diikatkan hatinya oleh Allah.
Dari uraian di atas, pasti deh kamu tahu cinta yang bermula dari mata lalu jatuh ke dasar hati. Ehm … . So, cinta seperti apa sih sih yang kamu bisa ungkapkan, kapan saja dan di mana saja??? Pasti udah tahu jawabannya, kan? Tapi inget, lho !!! Syarat utamanya adalah sesama muslim tanpa didasari nafsu syahwat!!! Gimana dengan kamu ??? [4121X13 +]

Memadu Cinta di Taman Islam

Memadu Cinta di Taman Islam    

KEDUDUKAN CINTA
Umat secara keseluruhan sepakat bahwa cinta pada Allah dan Rasul-Nya adalah wajib. Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan maqam tertinggi dari berbagai maqam yang ingin dicapai oleh para pengembara menuju Allah. Semua maqam yang ingin diraih adalah buah dari cinta kepada Allah.
Dasar cinta seorang hamba kepada Allah adalah firman-Nya:
“…Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai Allah…” (Almaidah:54)
“…adapun orang-orang yang beriman, mereka sangat cinta kepada Allah…” (Albaqarah:165)
“katakanlah, jika Bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga kalian, serta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatiri kerugiaannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai, adalah lebih kalian cintai daripada Allah, Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Allah tidak memberi petunjuk pada orang-orang yang fasik (At-Taubah:24)
Islam tidak menafikan adanya perasaan saling mencintai antara sesama manusia, sebab hal itu merupakan fitrah manusia. Secara naluri ia mencintai istri, keluarga, harta dan tempat tinggalnya. Namun, tidak sepatutnya sesuatu yang bersifat duniawi ini lebih ia cenderungi dan ia cintai dibanding Allah dan Rasul-Nya. Jika ia lebih mencintainya, maka berarti tidak sempurna imannya dan dapat terjerumus pada dosa terbesar yakni musyrik. Mencintai Allah dan Rasulnya merupakan jalan menuju keselamatan. Dalam sebuah hadits dikatakan:
“Tatkala seseorang bertanya kepada Rasulullah saw tentang hari kiamat, beliau menjawab dengan sebuah pertanyaan, 'Apa yang sudah engkau persiapkan untuknya?' orang itu menjawab 'tidak lain kecuali bahwa saya mencintai Allah dan Rasul-Nya'. Rasulullah Saw menjawab, 'Engkau beserta orang yang engkau cintai'. (H.R. Bukhari Muslim)
Cinta yang tulus adalah keimanan yang benar
Cinta hamba kepada Allah merupakan hal yang bisa mengangkatnya ke maqam dan derajat yang tinggi, sempurna, dan suci. Kedudukan yang tinggi ini menuntut sang hamba untuk berkorban demi kekasihnya, sebagaimana yang berlaku pada setiap orang yang mencinta. Sang pecinta harus rela mencintai objek cintanya dengan sepenuh hati dan fikiran. Ia harus sanggup berkorban demi yang dicintai dengan penuh suka cita. Ia juga harus lapang dada dan rela atas segala yang kurang berkenan dirasakan dari kekasihnya, juga harus sabar atas segala ujian yang menimpanya karena cinta itu.
Mengapa demikian, karena cinta, sebagaimana yang lazimnya terjalin antara sesama manusia, merupakan sebuah jalinan di luar nalar dan pengetahuan. Ia merupakan kecenderungan dan emosi yang berada di atas kehendak dan keinginan.
Setiap diri kita bisa saja mengenal dan tidak ada masalah dengan si Fulan, atau mengetahui dan senang dengan suatu benda, akan tetapi itu saja tidak cukup untuk menamai perasaan kita itu sebagai cinta. Perasaan cinta lebih dalam pengaruhnya dari itu. Ia lebih mengharu biru dan merampas hati. Bahkan cinta sejati adalah yang tidak memberikan ruang kosong dalam hati., tidak memberi jalan sedikitpun dalam jiwa bagi yang lain selain kekasih.
Jika telah sampai pada tingkat demikian, maka cinta kepada Allah itulah keimanan yang hakiki. Keimanan yang hakiki bukanlah sekedar pengetahuan dan ketundukan jiwa. Dengan kata lain, iman yang benar adalah imannya sang pencinta yang bergairah kepada Allah, yang bahkan bisa memabukkan dan melupakan diri sendiri. Cinta yang pengaruhnya tampak pada seluruh ucapan, tindakan dan sikap.
Adapun keimanan yang gersang, yang dingin dan pasif, yang tidak melampaui sekedar ketundukan jiwa dan pernyataan lisan, tidak pula tampak pengaruhnya pada aktivitas yang positif, maka itu bukanlah keimanan yang dikehendaki Allah dari hamba-Nya.
Seorang mukmin yang hakiki adalah orang yang memahami keindahan dan keagungan Allah, mengetahui kasih sayang dan kebaikan Allah. Disamping itu, ia meyakini sepenuhnya bahwa Allahlah satu-satunya pemberi nikmat dan anugerah. Tiada nikmat kecuali bahwa Dialah sumbernya, tiada anugerah kecuali dari-Nya. Dengan kesadaran ruhani seperti inilah ia mencintai-Nya. Hatinya sibuk memikirkan-Nya. Seluruh aktivitasnya ditujukan kepada-Nya semata. Kelezatan yang ia rasakan hanya ada dalam ketaatan kepada segala perintah-Nya. Ia memiliki kesempatan untuk menunaikan tugas dari-Nya, dengan senang dan bahagia, damai hatinya dan tegap langkahnya. Jika sang kekasih yang dicintai berbuat baik kepadanya, diterimanya kebaikan itu dengan rasa syukur, baik dengan lisan, hati maupun perbuatan. Jika ia mendapati kesulitan dalam perjuangan mencapai ridha-Nya, ia tegar, berlapang dada, dan sabar tanpa keluh kesah dan perasaan kecewa.
Mengapa kita mencintai Allah?
Dengan sedikit renungan, kita akan mendapatkan kesimpulan bahwa Allah SWT Dzat yang paling berhak untuk dicintai. Dia lebih patut menjadi labuhan hati dibanding orang tua, anak, bahkan diri sendiri.
Hal yang paling mudah difahami oleh akal fikiran, mengapa kita hanya patut mencintai-Nya adalah karena anugerah nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita. Kenikmatan yang seluruh manusia tenggelam di kedalaman samuderanya, yang mengiringi manusia dalam hirupan nafas dan detak jantungnya, yang menyertainya di setiap tempat dan waktu, yang bersama keluasan dan keabadiaannya semata bersumber dari Dzat Allah Swt.
Untuk mengingatkan hamba-hamba-Nya akan nikmat ini, Allah Swt berfirman: ”Dan jika kalian menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kalian tidak akan menghitungnya …”(An-Nahl:18)
Rasulullah Saw bersabda:
“Cintailah Allah karena nikmat yang dianugerahkan kepada kalian, cintailah aku karena cinta kalian kepada-Nya, dan cintailah ahlulbaitku karena cinta kalian padaku”. (HR. Tirmidzi dan Al-Hakim).
Wahai sahabat, apakah patut dan masuk akal jika kita menikmati semua ciptaan-Nya, mulai dari cahaya, indahnya waktu pagi dan petang, harmoninya ciptaan seluruh mahluk nan menakjubkan, bumi dan langit yang bisa dimanfaatkan, sebagaimana firman-Nya, “… yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kalian…”( Al-Baqarah:29)
Dan juga firman-Nya, “… dan menyempurnakan untuk kalian nikmat-Nya lahir dan batin” , tetapi mengapa kita tidak menunaikan syukur dan tidak pula mengerti kadar nilainya?
Apakah tidak berpengaruh dalam hati kita, bagaimana luas nikmat-Nya dan bertebaran ihsan-Nya, yang kekuasaan-Nya menyilaukan orang yang memandang. Nikmat-Nya adalah keagungan yang tidak dapat diidentifikasi, ilmu yang tiada satu biji atompun di langit dan di bumi yang tidak terdeteksi, dan kearifan yang mencermatkan seluruh makhluk yang dicipta-Nya.
Maka berbahagialah orang yang mencium aroma keelokan-Nya dan mampu menangkap cahaya pancaran keindahan-Nya. Berbahagialah orang yang dapat meneguk anggur kenikmatan-Nya meski bercampuran. Memang, seringkali kita menangkap sesuatu namun tidak memahami substansinya. Seorang penyair bertutur:
Sesuatu yang sering memabukkan orang,
Adalah sesuatu yang disebutnya sebagai kecantikan,
Namun aku tiada pernah mengerti apakah itu
Sebagian ahli hikmah pernah berkata kepada para muridnya, “seluruh manusia sungguh merindukan Allah. Tahukah kalian mengapa demikian? Itu karena mereka merindukan kebajikan yang tiada batas, kesempurnaan yang tiada bertepi, keindahan yang tiada terukur. Semua hanyalah ada pada Allah SWT”.
Bukankah matahari, makhluk yang tampak paling menonjol, paling elok, dan paling hebat yang pernah engkau lihat, hanyalah pantulan dari cahaya-Nya?
Sungguh, pada matahari itu tersirat tanda-tanda keagungan, keindahan, keperkasaan, dan kehebatan penciptanya. Kita bisa membaca tanda-tanda keagungan itu di sana. Dengan itu semua kita bersimpuh dan bersujud.
Jika kita mencintai seseorang karena pemberian dan kebaikannya, karena akhlak dan sifat-sifat terpujinya, maka sungguh kita lebih patut mencintai sumber nikmat dan kemurahan itu.
Bahkan seandainya mereka telah mampu merasakan betapa nikmat cinta-Nya, maka mereka akan disibukkan perhatiannya oleh gejolak perasaan ini hingga menjadi pecinta yang menikmati asyiknya memadu kasih.
Mereka yang menjaga dan menghindarkan diri dari buaian syahwat dengan tujuan hanya mendekatkan diri pada Allah.
Wallohu A'lam Bishowab
Seseorang yang sedang belajar untuk mencintai-Nya
 
Daftar pustaka: Memadu Cinta di Taman Islam, Ahmad Nashib Al-Mahamid
Zahra_Syamsa@telkom.net

Meluruskan Pinsil Yang Bengkok

Meluruskan Pinsil Yang Bengkok    

Seperti yang biasa dialami siswa kelas IV SD, seorang anak tahun ini untuk pertama kalinya berkenalan dengan praktik percobaan pada pelajaran ilmu pengetahuan alam. Sebenarnya praktik percobaan yang ada di buku pelajarannya masih sangat sederhana. Seperti tentang sifat-sifat air yang selalu mengisi ruangan yang tertutup, selalu tampil datar, dan sebagainya. Rupanya, rangkaian percobaan IPA ini terasa kurang seru bagi anak yang rasa ingin tahunya sangat besar ini. Dia tidak puas dengan rangkaian kegiatan percobaan ilmu pengetahuan alam yang diberikan oleh guru kelasnya. Sang guru bercerita padaku bahwa di waktu istirahat sekolah, anak ini sering mendatangi perpustakaan sekolah dan mengintip pelajaran ilmu pengetahuan alam di kelas yang lebih tinggi. Salah satu pertanyannya, membuatku juga tergelitik untuk mengintip buku pelajaran tersebut. Pertanyaan itu adalah, bagaimana caranya membuat agar bayangan pinsil di dalam genangan air yang ada di dalam gelas bisa tetap tampak lurus ? Adakah yang tahu jawabannya ?
Suatu hari, seorang teman berkata padaku bahwa biar bagaimanapun bayangan itu akan mengikuti tubuh aslinya. Jika tubuh aslinya bengkok, maka bayangannya juga akan bengkok dan begitu sebaliknya. Kami sama sekali tidak sedang berbicara tentang percobaan ilmu pengetahuan alam. Dia datang padaku untuk mengemukakan sebuah kenyataan, bahwa masyarakat sering memperlakukan seseorang berdasarkan stigma (cap) tertentu pada seseorang dimana stigma itu sama sekali tidak akan terhapuskan seumur hidupnya.
"Tiang yang bengkok akan memantulkan bayangan tiang yang juga bengkok; tiang yang lurus akan menghasilkan bayangan yang lurus."
Aku terdiam mendengar penuturannya.
Terus terang; aku sama sekali tidak setuju dengan pepatah itu.
Sesuatu yang lurus akan menghasilkan bayangan yang lurus, itu memang benar. Tapi, bukan berarti bahwa keadaannya akan demikian. Kisah tentang pantulan bayangan pinsil di dalam gelas air yang kelihatan bengkok itu adalah contohnya. Selurus apapun batang pinsil tersebut dia tetap akan bengkok jika dimasukkan ke dalam gelas yang berisi air.
Ah. Pikiranku jadi melayang pada seorang temanku yang berusaha untuk meniti jalan taubat dengan susah payah. Hm, dia seorang wanita muslimah yang masih muda. Usianya belum lagi genap 22 tahun. Tapi ketika remaja dia melalui masa remajanya dengan pergaulan yang salah. Ganja, narkotika hingga seks bebas semua pernah dilakoninya. Membuat tubuhnya kurus dan terlihat lebih tua dari usia belianya yang sesungguhnya. Dia pernah mengikuti rehabilitasi untuk pengguna narkoba dan disinilah hidayah Allah datang padanya. Keluar dari rehabilitasi, dia bukan hanya bisa menghentikan rasa ketergantungan obatnya alias sembuh, tapi juga berubah menjadi seorang muslimah yang berusaha untuk menjalani kehidupan islami secara kaffah.
Jilbab lebar tidak pernah lepas dari tubuhnya. Al Quran dan tasbih selalu menemaninya kemanapun dia pergi. Perilakunya pun terjaga. Dia benar-benar berusaha untuk taubat. Sayangnya, lingkungan tempatnya tinggal sudah terlanjur mencapnya sebagai gadis "tidak baik" yang akan "Tidak baik" selamanya. Jika dia mengaji, orang akan mencemoohnya sebagai berpura-pura mencari perhatian. Jika dia berderma, orang akan menaruh prasangka bahwa dia sedang mencari muka. Jika dia memberi nasehat, maka tidak ada seorang pun yang percaya.
"Alah, perbaiki ajah diri kamu sendiri. diri sendiri belum bener kok mau nasehati orang lain!!" kalimat pedas itu kerap kali dia dengar. Lebih parahnya lagi, orang tuanya tidak percaya jika dia sekarang sudah berubah. Jika dia berpuasa sunnah, orang tuanya menuduhnya sedang memakai obat hingga dia tidak nafsu makan. Jika dia diam mengaji di kamar orang tuanya menegurnya sebagai gadis yang kehabisan uang saku sehingga tidak bisa lagi menghabiskan malam panjang di luar sana. Serba salah. Teman-temannya pun sering mengganggunya karena tidak percaya dia sekarang sudah berubah. Jangankan colekan usil, bahkan sindirin yang mengajak untuk bermaksiat kerap kali dia dengar.
"Ayolah, kamu kan dulu doyan banget begituan. Mana mungkin sekarang jadi pertapa ? Sok Muna lu ! Anak kyai mana sih yang mau elu gebet ampe elu jaim banget gini ?" Tak ada seorangpun yang percaya bahwa dia sudah bertobat. Tak ada yang peduli bahwa "dia yang sekarang" sudah berbeda dengan "dia yang dulu". Apapun kebaikan yang dia lakukan tetap saja dipandang hina. Apapun kebajikan yang dia usahakan tak ada yang akan melihatnya sebagai sebuah kebajikan. Masa lalunya sebagai "gadis bukan baik-baik" sudah terlanjur menjadi pakaian yang sekarang sangat sulit dilepaskan meski sebenarnya si pemilik tubuh sudah ingin melepaskan pakaian itu.
"Aku harus bagaimana mbak ? Lelah rasanya menghadapi lingkungan yang tidak pernah mau percaya bahwa aku sudah berusaha untuk bertobat. Jika ini memang ujian atas hijrahku di jalan Allah, mengapa ujian ini tidak memperlihatkan satupun tanda sebagai jalan keluar yang mudah. Aku khawatir akan kalah dalam hal ini. Aku takut jadi orang yang kalah dalam menerima ujian Allah." Dengan tersedu dia mencurahkan perasaannya padaku. Kesedihan dan kekhawatirannya adalah kesedihan dan kekhawatiran jika dia kembali mundur seperti dulu. Godaan untuk melakukan maksiat yang selalu disodorkan sepanjang waktu; bukan tidak mungkin suatu saat bisa meruntuhkan iman seseorang. Ledekan dan hinaan yang terdengar terlalu sering bukan tidak mungkin suatu saat akan membuatnya merasa kelelahan dan akhirnya membenarkan apa yang selama ini dituduhkan oleh lingkungan. Bukankah akan lebih mudah dan ringan berenang sesuai dengan arus yang mengalir daripada berenang dengan melawan arus ?
Seperti itulah gambaran kehidupan temanku. Dia seperti pinsil yang tegak dan lurus. Tapi karena berada di dalam sebuah gelas yang berisi air, maka bayangannya akan selalu terlihat bengkok. Sekeras apapun usaha yang dia lakukan tak ada yang bisa melihatnya lurus. Kecuali jika pinsil itu dipindahkan ke sebuah media yang lain. Media kering yang memperlihatkan keseluruhan tubuh pinsil itu. Mungkin di atas buku tulis. Atau di atas meja. Atau bahkan di atas lantai. Lihat pinsil itu dan lihatlah, apapun posisi yang diberlakukan semua akan setuju bahwa pinsil itu lurus. Tegak, terbalik, tidur, loncat-loncat, diam atau bergerak. Pinsil itu lurus, tidak bengkok. Jadi jawaban untuk pertanyaan anak SD yang ingin tahu cara meluruskan pinsil yang bengkok yang ada di dalam gelas berisi air adalah dengan cara mengeluarkannya dari dalam gelas berisi air tersebut.
Itulah jawaban Allah atas doa-doa yang dipanjatkan temanku itu setiap kali dia berdoa meminta perlindungan Allah selalu dalam usahanya untuk hijrah dari kehidupan jahiliyahnya dahulu. Alhamdulillah, akhirnya temanku itu menikah dan pindah ke lingkungan yang jauh berbeda dengan lingkungannya yang lama. Tidak ada yang tahu bagaimana masa lalunya dahulu dan kalaupun tahu tidak ada yang peduli karena yang mereka lihat adalah masa kini. Keshalehannya kian terlihat dan terasah. Dia sendiri bisa menikmati kemesraan mencintai Allah dengan lebih bahagia.
"Aku tidak setuju dengan pernyataan kamu tentang tiang dan bayangannya." Setelah bernostalgia dengan pengalaman perjalanan tobat temanku, aku segera memberikan jawabanku atas pernyataan temanku.
"Tapi itu peribahasa yang sudah umum berlaku mbak. Coba mbak pikirkan, apakah bisa sebuah bayangan melenceng jauh dari tubuh asli yang dipantulkannya ?" Temanku bertanya ringan tapi aku merasa kian tertantang untuk memberikan jawaban.
"Bisa." Jawabku mantap dan yakin.
"Bisa ? Bagaimana ? Bagaimana membuat bayangan yang berbeda dari tubuh yang dipantulkan ?" Temanku bertanya tidak percaya. Lagi-lagi aku bersyukur karena bergaul dengan anak SD yang duduk di kelas IV SD di atas. Ternyata, pelajaran itu kadang bisa kita peroleh dari hal-hal remeh yang ada di kehidupan sehari-hari.
"Jika kamu berjalan di pagi hari menghadap ke arah barat. Coba lihat bayanganmu ? Ukur tingginya, apakah tinggi tubuhmu setinggi bayangan itu ? Tidak. Bayangan itu sudah menipumu. Tinggi tubuhnya jauh lebih tinggi dari tubuh aslimu."
"Tapi bayangannya sama kan mbak ? Tidak berubah jadi bengkok ? Jika saya berdiri lurus apakah bayangan saya bengkok ? Tidak. Dia tetap akan lurus."
"Bengkok. Bisa bengkok, jika jalanan di depan kamu adalah sebuah lubang yang cekung, atau sebuah dinding yang membuat bayangan itu patah, maka bayangannya akan bengkok. Kenapa harus melihat pada bayangan padahal bayangan itu adalah sesuatu yang gelap dan sifatnya selalu menipu pandangan. Peribahasa itu dibuat untuk menguatkan pandangan masyarakat akan pentingnya melihat keseluruhan seseorang. Seseorang yang baik itu adalah seseorang yang punya masa lalu yang baik, masa depan yang baik, masa kini yang baik, keluarga yang baik, teman yang baik, musuh yang baik. Tapi apakah ada orang yang sempurna seperti itu ? Padahal Allah-lah Yang Maha Mengetahui segalanya tapi hidayah-Nya bisa datang pada siapapun, dimanapun dan kapanpun tanpa melihat masa lalu, keluarga dan sebagainya." Dalam hati aku ingin mengatakan bahwa apakah anak seorang yang orang tuanya haji akan jadi jaminan bahwa si anak akan bermental baik dan islami ? Apakah anak seorang pelacur akan juga jadi pelacur ? Tidak. Jawaban "Tidak" disini untuk dua hal. "Tidak" yang pertama untuk mengatakan bahwa tidak selalu keadaannya akan seperti itu dan jawbaan "Tidak" yang kedua karena ternyata aku tidak mengemukakan contohku itu dalam diskusi kami. Contoh itu terlalu lazim digunakan dan biasanya seseorang yang sudah tahu akan merasa bosan disodori sesuatu yang lazim. Percuma contoh itu aku utarakan, keberadaannya akan dipandang remeh oleh mereka yang merasa sudah hapal.
Sekali lagi, tanpa aku sadari aku membandingkan dua orang yang berbeda dalam kepalaku. Yang pertama adalah temanku yang insya Allah telah berhasil untuk hijrah ke jalan yang lurus dan insya Allah diridhai Allah. Yang kedua adalah seseorang yang baru saja aku temui setelah sekian tahun tidak pernah bertemu. Sewaktu kuliah dulu, dia adalah muslimah yang tidak pernah melepas jilbabnya kemanapun dia pergi. Tapi ketika bertemu kembali ternyata jilbabnya sudah dia tanggalkan dan gaya hidupnya sudah jauh berbeda. Jika ukuran materi dunia jadi patokan seseorang untuk berhasil dan sukses, dia termasuk dalam kelompok orang yang berhasil dan sukses. Tapi dengan beberapa tambahan, pakaian yang minimalis, rambut yang berubah warna sesuai tuntutan acara yang diikuti dan pergaulan yang "modern". "Aku sekarang sudah jadi wanita modern." Katanya dengan penuh kebanggaan.
Hidayah Allah sungguh bisa datang pada siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Tapi rasanya, jika hidayah itu sudah datang, maka usaha untuk mempertahankannya adalah usaha yang tidak kenal batas lelah dan hanya berakhir ketika kematian tiba. Jadi, jika hidayah Allah datang dan diberikan, genggamlah dia selalu meski rasanya seperti menggenggam bara, jangan pernah dilepaskan. Perjalanan masih sangat panjang dan akhiratlah tujuan akhir yang ingin kita tuju bersama.
(oleh: Ade Anita, oleh-oleh dari hasil diskusi dengan beberapa sahabat dan yang tersayang, Ibam)
(Berkatalah salah seorang di antara mereka: "Sesungguhnya aku dahulu (di dunia) mempunyai seorang teman, yang berkata: "Apakah kamu sungguh-sungguh termasuk orang yang membenarkan (hari berbangkit)?. Apakah bila kita telah mati dan kita telah menjadi tanah dan tulang-belulang, apakah sesungguhnya kita benar-benar (akan dibangkitkan untuk diberi pembalasan?" Berkata pulalah ia: "Maukah kamu meninjau (temanku itu)?" Maka ia meninjaunya, lalu dia melihat temannya itu di tengah-tengah neraka menyala-nyala. Ia berkata (pula): "Demi Allah, sesungguhnya kamu benar-benar hampir mencelakakanku, jikalau tidaklah karena nikmat Tuhanku pastilah aku termasuk orang-orang yang diseret ke neraka. (Qs 37: 51-57)
-------
sumber : Portal Kita, 06 February 2003

MANUSIA DIANTARA DUA TANGISAN

MANUSIA DIANTARA DUA TANGISAN    

Detik waktu bersama kelahiran seorang bayi dihiasi tangisan .Nyaring berkumandang menghiasi telinga si IBU. Merakah tersenyum hatinya gembira penawar sakit dan lesu serta berjuang dengan Maut. Lalu mulailah sebuah kehidupan yang baru didunia dengan sebuat resiko pahit dan kejamnya kehidupan ini, bercucurkan darah dan tetes air mata.
Air mata adakalanya penyubur hati, penawar duka. Adakalanya buih Kekecewaan yang menhimpit perasaan dan kehidupan ini. Air mata seorang manusia hanyalah umpama air kotor diperlimpahan. Namun setetes air mata kerana takut kepada ALLAH persis permata indahnya gemerlapan terpancar dari segala arah dan penjuru. Penghuni Syurga ialah mereka yang banyak mencucurkan air mata Demi ALLAH  dan Rasulnya bukan semata karena harta dan kedudukan.
Pencinta dunia menangis kerana dunia yang hilang. Perindu akhirat menangis kerana dunia yang datang.
Alangkah sempitnya kuburku, keluh seorang batil, Alangkah sedikitnya hartaku, kesal si hartawan (pemuja dunia).
Dari mata yang mengitai setiap kemewahan yang mulus penuh rakus, mengalirlah air kecewa kegagalan. Dari mata yang redup merenung Hari Akhirat yang dirasakan dekat, mengalirkan air mata insaf mengharap kemenangan, serta rindu akan RasulNya.
"Penghuni Syurga itulah orang-orang yang menang." (al- Hasr: 20)
Tangis adalah basahan hidup,justeru:Hidup dimulakan dengan tangis, Dicela oleh tangis dan diakhiri dengan tangis.Manusia sentiasa dalam dua tangisan.   Sabda Rasulullah s.a.w. "Ada dua titisan yang ALLAH cintai, pertama titisan darah para Syuhada dan titisan air mata yang jatuh kerana takutkan ALLAH."
Nabi Muhammad bersabda lagi : "Tangisan seorang pendosa lebih ALLAH cintai daripada tasbih para wali."
Oleh karena itu berhati-hatilah dalam tangisan, kerana ada tangisan yang akan mengakibatkan diri menangis lebih lama dan ada tangisan yang membawa bahagia untuk selama-lamanya. Seorang pendosa yang menangis kerana dosa adalah lebih baik daripada Abid yang berangan-angan tentang Syurga mana kelak ia akan bertakhta.
Nabi bersabda : "Kejahatan yang diiringi oleh rasa sedih, lebih ALLAH sukai dari satu kebaikan yang menimbulkan rasa takbur."
Ketawa yang berlebihan tanda lalai dan kejahilan. Ketawa seorang ulamak dunia hilang ilmu, hilang wibawanya. Ketawa seorang jahil, semakin keras hati dan perasaannya.
Nabi Muhammad bersabda : "Jika kamu tahu apa yang aku tahu nescaya kamu banyak menangis dan sedikit ketawa."
Seorang Hukama pernah bersyair : "Aku heran dan terperanjat,melihat orang ketawa kerana perkara-perkara yang akan menyusahkan,lebih banyak daripada perkara yang menyenangkan."
Salafussoleh menangis walaupun banyak beramal,takut-takut tidak Diterima ibadatnya, kita ketawa walaupun sedar diri kosong daripada amalan.
Lupakah kita
Nabi pernah bersabda : "Siapa yang berbuat dosa dalam ketawa, akan dicampakkan ke neraka dalam keadaan menangis."
Kita gembira jika apa yang kita idamkan tercapai. Kita menangis kalau Yang kita cita-citakan terabai. Nikmat disambut ria, kedukaan menjemput duka.
Namun,Allah s.a.w. telah berfirman : " Boleh jadi kamu membenci sesuatu,padahal ia amat baik bagimu,dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu,pada hal ianya amat buruk bagimu. ALLAH mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui." (AL BAQARAH : 216)
Bukankah Nabi pernah bersabda: "Neraka dipagari nikmat, syurga dipagari bala."
Menangislah wahai diri, agar senyumanmu banyak di kemudian hari. Kerana engkau belum tahu, nasibmu dihizab kanan atau hizab kiri.Di sana, lembaran sejarahmu dibuka satu persatu, menyemarakkan rasa malu berabad-abad lamanya bergantung kepada syafaat Rasulullah yang dikasihi Tuhan. Kenangilah, sungai-sungai yang mengalir itu banjiran air mata Nabi Adam yang menangis bertaubat, maka suburlah dan sejahteralah bumi kerana terangkatnya taubat. Menangislah seperti Saidina Umar yang selalu memukul dirinya dengan berkata:
"Kalau semua masuk ke dalam syurga kecuali seorang, aku takut akulah orangitu."
Menangislah sebagaimana Ummu Sulaim apabila ditanya : "Kenapa engkau menangis?" "Aku tidak mempunyai anak lagi untuk saya kirimkan ke medan Perang," jawabnya.
Menangislah sebagaimana Ghazwan yang tidak sengaja terpandang wanita rupawan. Diharamkan matanya dari memandang ke langit seumur hidup,lalu berkata : "Sesungguhnya engkau mencari kesusahan dengan pandangan itu."
Ibnu Masud r.a.berkata : "Seorang yang mengerti al Quran dikenali waktu malam ketika orang lain tidur,dan waktu siangnya ketika orang lain tidak berpuasa, sedihnya ketika orang lain sedang gembira dan tangisnya di waktu orang lain tertawa. Diamnya di waktu orang lain berbicara, khusuknya di waktu orang lain berbangga, seharusnya orang yang mengerti al Quran itu tenang,lunak dan tidak boleh menjadi seorang yang keras, kejam, lalai, bersuara keras dan marah.
Tanyailah orang-orang soleh mengapa dia tidak berhibur : "Bagaimana hendak bergembira sedangkan mati itu di belakang kami,kubur di hadapan kami,kiamat itu janjian kami, neraka itu memburu kami dan perhentian kami ialah ALLAH."
Menangislah di sini, sebelum menangis di sana!!!.............
Wallahu a'lam...
RIZAL JALAL

Maka Ber-Tahajudlah, Berkhalwat Berdua dengan Tuhan-mu

Maka Ber-Tahajudlah, Berkhalwat Berdua dengan Tuhan-mu    

"Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. Dan katakanlah: "Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong.” (QS Al-Isra’ 17:79-80) Dalam Al Qur’an, terdapat banyak ayat yang menuturkan tentang tahajud, perintah mengerjakannya dan keutamaannya.
Kata tahajud sendiri dalam bahasa Arab berarti bergadang, sehingga makna tahajud adalah salat sunah di malam hari yang dilakukan sesudah tidur. Tahajud juga bisa disebut sebagai qiyamullail karena pelaksanaan waktunya malam hari.
Perbedaannya, jika tahajud hanya dilakukan sesudah tidur, qiyamullail bisa dilakukan sebelum maupun sesudah tidur. Selain itu, qiyamullail bisa berupa shalat atau amal ibadah lainnya, seperti tilawah, tasbih atau yang lainnya, sedangkan tahajud hanya berupa shalat saja.
Allah mensifati qiyamullail dengan firman-Nya: ”Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.” (QS Al-Muzzammil 73:6)
Dalam tafsir Al Azhar, Prof. Dr. Hamka menjelaskan ayat tersebut sebagai berikut: ”Karena di waktu malam gangguan sangat berkurang. Malam adalah hening, keheningan malam berpengaruh pula kepada keheningan fikiran. Di dalam suatu hadits Qudsi, Allah berfirman, bahwa pada sepertiga malam terakhir Allah turun ke langit dunia untuk mendengarkan keluhan hamba-Nya yang mengeluh, untuk menerima taubat orang yang taubat dan permohonan maghfirah (ampunan) hamba-Nya yang memohonkan ampun. Maksudnya ialah bahwa hubungan kita dengan langit pada waktu malam adalah sangat dekat.”
Tahajud maupun qiyamullail merupakan ibadah yang menghubungkan hati kita dengan Allah. Ketika suara-suara telah lenyap dan mata-mata telah terpejam serta orang-orang tertidur lelap di pembaringannya, orang yang melakukan qiyamullail menjauhkan diri mereka dari kasur-kasur empuk dan dipan-dipan mewah lagi nyaman untuk menghidupkan malam dengan berkhalwat berdua dengan-Nya.
Oleh karena itu, Allah menyanjung dan mengistimewakan mereka melalui firman-Nya: ”(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS Az-Zumar 39:9)
Rasulullah SAW sendiri selalu menjaga qiyamullail, selalu mengerjakan qiyamullail sampai telapak kaki beliau bengkak. Padahal, beliau telah mendapat jaminan ampunan bagi semua dosanya baik yang telah lewat maupun yang akan datang.
Ketika ditanyakan kepada beliau, maka jawabnya, ”Tidak pantaskah aku untuk menjadi seorang hamba yang pandai bersyukur.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Qiyamullail merupakan sunnah muakadah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah dengan sabdanya, "Hendaklah kamu melaksanakan qiyamullail karena qiyamullail itu adalah kebiasaan orang-orang shalih sebelum kita, sarana pendekatan kepada Allah, penghapus keburukan, pencegah dosa dan penangkal penyakit di badan." (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Rasulullah SAW juga sangat menganjurkan untuk melakukan qiyamullail karena di dalamnya terkandung kebaikan yang agung dan pahala yang banyak, dengan sabdanya, ”Sesungguhnya ada waktu di malam hari yang tidak seorangpun dari seorang hamba yang berdoa pada saat itu untuk memohon kebaikan kecuali pasti akan Allah kabulkan.” (HR. Muslim)
Hal ini sesuai dengan perintah Allah dalam Al Qur’an: ”Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. Dan katakanlah: "Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong.” (QS Al-Isra’ 17:79-80)
”Dan bertasbihlah kepada-Nya pada beberapa saat di malam hari dan di waktu terbenam bintang-bintang (di waktu fajar).” (QS Ath-Thuur 52:49)
” Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang dimalam hari.” (QS Al-Insan 76:26)
Hamka menerangkan tentang tafsir ayat tersebut sebagai berikut: “Sholat lima waktu ditambah dengan tahajud di malam yang panjang itu adalah alat penting bagi memperkaya jiwa dan memperteguh hati di dalam menghadapi tugas berat melakukan dakwah. Sebab rasa dekat kepada Tuhan itulah sumber kekuatan sejati bagi manusia.”
Qiyamullail merupakan kenikmatan dan karunia dari Allah terhadap hamba-Nya yang shaleh yang Allah mudahkan untuk beribadah kepada-Nya.
Dengan qiyamullail, Allah akan memberi kekuatan. Dengan qiyamullail, Allah mengabulkan doa. Dengan qiyamullail, dapat menghapus keburukan, mencegah dosa dan menangkal penyakit. Dengan qiyamullail, dapat semakin mendekatkan kepada Allah. Dengan qiyamullail, Allah akan menggolongkan dalam ibaadurrahman. Dengan qiyamullail, Allah akan mengangkat ke tempat yang terpuji. Dengan qiyamullail, Allah akan memasukkan ke surga-Nya.
Termasuk tanda cinta kepada Allah adalah bermunajat kepada-Nya di keheningan malam. Sebagaimana ungkapan dari para ulama, ”Di dunia ini tidak ada waktu yang menyerupai waktu yang sangat di surga kecuali apa yang dirasakan oleh orang-orang shaleh di dalam hati mereka akan kenikmatan bermunajat kepada Rabb mereka.”
Apabila malam telah gelap, Syadad bin Aus masuk ke kamar tidurnya, ia merasa gelisah, tidak bisa tidur, membolak-balikkan badannya bagaikan biji-bijian di atas penggorengan. Lalu, ia berkata, "Wahai Rabbku, sesungguhnya panasnya api neraka telah menghilangkan rasa kantukku." Lalu, ia bangun untuk melakukan shalat malam hingga pagi hari.
Apabila malam telah menjadi gelap gulita mereka bangun untuk shalat Maka, pagi pun datang sedang mereka masih dalam keadaan ruku Rasa takut telah menerbangkan kantuk mereka, maka bangun Saat orang-orang yang merasa aman di dunia tertidur pulas Sedang mereka sujud di kegelapan malam sambil terisak Suara tangis mereka meretakkan tulang-tulang rusuk
Wahai orang yang mendamba cinta-Nya, ingatlah bahwa Nabi Muhammad SAW beribadah di malam hari hingga kedua telapak kakinya bengkak. Para salafussaleh dan orang-orang pilihan umat ini pun selalu beribadah di malam hari. Jadikanlah qiyamullail sebagai prioritas kegiatan ibadahmu. Tidakkah Anda senang jika Anda dapat berdampingan dengan mereka di syurga Adn?
Semoga Allah menjadikan kita semua termasuk orang-orang yang difirmankan-Nya, “Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata air-mata air, sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.” (QS Adz-Dzariyat 51:15-18)
Hanya karena Allah-lah orang selalu terjaga di kala malam Hati yang dirundung takut dan pusing karena dosa tidak dapat tertidur Dengan tuangan air mata ia menangisi kesalahannya Dan malam pun tertutup dengan kehiruk-pikukkannya Sebagai penyesalan atas dosa-dosa yang telah dilakukannya Kepada Raja yanga para raja tunduk dan patuh kepada-Nya Wahai Tuhan, tidak ada yang maha memaafkan dosa selain-Mu Hanya kepada-Mu-lah, wahai Tuhanku, orang yang mengosongkan dirinya mencari pengampunan-Mu, Wahai Tuhan, ampunilah hamba-Mu ini
----------
dikutip dari : http://www.pks-jaksel.or.id/Article1296.html

Maafkan Aku...

Maafkan Aku... 

Ya Allah,
Tadi subuh kuhadapkan tubuh dan wajah ini kepada-Mu.
Bacaan demi bacaan terucap dari mulutku.
Namun ternyata ... hati ini tak tertuju kepada-Mu

Ya Allah
Sebelum makan pagi kusebut nama-Mu
Setelahnya pun terucap doa dari mulutku
Namun ternyata ... itu semua hanya ucapan belaka
Sedang hati ini melayang jauh entah ke mana

Ya Allah
Di tengah hari tadi kuberjamaah menghadap-Mu
Doa-doa itu kembali kuulangi dan kubaca
Namun ternyata tak satu persen pun hati ini ingat kepada-Mu
Yang terbayang adalah urusan kantor, rumah, dan pertemanan

Ya Allah
Petang tadi Engkau kembali memanggil-manggil diriku
Kudatangi tempat orang berkumpul tuk menghadap-Mu
Dalam ruku’ dalam sujud lagi-lagi doa itu terucap di luar kepala
Dan ternyata ... hati ini malah merencanakan kegiatan esok pagi

Ya Allah
Kusantap lezat hidangan makan malam itu
Kucoba semua menu hingga perut terasa kenyang
Hingga akupun bersendawa dan kuucap Alhamdulillah
Namun ternyata ... tak bertaut sama sekali hati ini kepada-Mu

Ya Allah
Barulah menjelang kupejamkan mata ini
Aku benar-benar berbicara kepada-Mu
Aku sunggu-sungguh sadar sedang bermohon kepada-Mu
Tidak hanya berupa ucapan, tetapi jauh dari dasar lubuk hati ini

Sudilah kiranya Engkau mengampuniku
Yang telah meremehkan dan menyepelekan-Mu
Yang telah berpura-pura berbicara kepada-Mu
Yang telah berngga ria di hadapan-Mu
Yang terlihat seperti mendekat kepada-Mu
Yang ternyata sungguh masih jauh dari-Mu

Seandainya Engkau tiada Maha Pemurah
Sikapku kepada-Mu sepanjang pagi hingga malam ini
Tentu telah membuat Engkau tidak menyukaiku

Ya Allah
Maafkan aku ...

byAgung 201105

Love Is Life

Love Is Life 

Oleh : Suhanda

Ketika kita berbicara tentang cinta maka seketika yang ada dalam benak kita adalah ‘apa itu cinta',apakah ia sebuah benda,ataukah ia hanya sebuah karya ilmiah berbentuk tulisan yang menggambarkan keadaan ataupun kondisi bathin seseorang tatkala ia merasakan suatu bentuk rasa/feel yang kebanyakan orang menyebutnya'Rasa Cinta' ataukah ia hanya merupakan khayalan/mimpi yang muncul di alam bawah sadar tatkala seseorang dikehidupan nyatanya ‘TERSENGAT' oleh suatu bentuk rasa yang sulit untuk ia gambarkan lewat kata-kata namun dirasakannya ada,tatkala ia bertemu dengan lawan jenisnya yang dianggapnya sebagai soulmate/belahan jiwanya,dimana dalam sejarahnya seorang wanita/hawa diciptakan tuhan dari tulang rusuk lelaki/adam.
Namun apapun bentuknya,jelas sekali disini menggambarkan adanya Cinta sebagai Diri dan Cinta dalam hubungannya dengan seseorang / banyak orang ( Relation ).
Coba Simak yang ini :
a.Cinta sebagai diri.
Cinta itu sendiri hakikatnya dilihat dari sisi penciptaan adalah juga merupakan makhluk sebagaimana layaknya makhluk-makhluk ciptaan tuhan lainnya namun ia lebih pada bentuk karya cipta yang tidak nyata namun ia ada dan erat sekali kaitannya dalam hidup dan kehidupan setiap makhluk.
b.Cinta Dalam Hubungan/Relation.
Karena cinta itu sendiri telah ada dalam setiapdiri/makhluk maka ia terapresiasikan ke dalam bentuk bahasa jiwa seperti bahagia  ataupun sedih,susah ataupun senang,suka ataupun duka,dsbnya.
Malah ia terkadang sering berubah-ubah bentuk emosi jiwa,baik dalam hal cara mengapresiasikan/perwujudannya maupun dari sisi penerimaan dari lawan jenis.
Berangkat dari kedua hal tersebut diatas maka lahirlah berbagai anggapan orang sesuai dengan keadaan yang dirasakannya maupun dari cara memandang/memaknai cinta itu sendiri,yang diantaranya ada yang beanggapan:
1.Cinta itu Indah.
2.Cinta itu sebagai sebuah misteri.
3.Cinta itu Buta.
Dsbnya.
Saya mencoba menarik garis tengah/benang merah dari berbagai anggapan itu denagn sebuah pernyataan yaitu "LOVE IS LIFE" alias CINTA BERARTI HIDUP karena sangat erat sekali kaitan diantara keduanya dimana Cinta tidak akan ada jika tidak adanya Hidup dan Hidup tidak akan mempunyai arti / sia-sia jika tanpa Cinta.
Malah saya beranggapan seolah-olah cinta itu telah menjadi nyawa/jiwa/soul dalam hidup dan kehidupan semua makhluk.
Pengertian jiwa disini ialah sesuatu yang membuat hidup atau menjadikan sesuatu menjadi hidup atau dengan kata lain cinta itu sendiri membawa misi hidup dan kehidupan.
Agar lebih jelas mari kita lihat beberapa kasus dibawah ini:
Seorang ibu karena kecintaannya yang begitu besar pada anaknya rela berjuang antara hidup dan mati tatkala melahirkan demi melihat sang anak lahir dan merasakan hidup,dan tidak hanya sampai distu saja bahkan ia masih harus berjuang dalam mengasuh,mendidik,dan membesarkannya hingga dewasa serta siap mengayuh bahtera kehidupannya sendiri.
Seorang lelaki yang merasa  frustasi dengan melakukan hal-hal yang negative sebagai penyaluran rasa sakit hati dan kebencian yang teramat sangat karena merasa hidupnya sudah tidak punya arti lagi setelah ditinggal pergi sang kekasih yang berpaling pada laki-laki lain yang dianggapnya lebih baik dan lebih pantas baginya hingga pada suatu ketika ia bertemu dengan seorang gadis yang dianggapnya telah membawa kembali hidupnya beserta cintanya yang dulu telah pergi bersama kekasihnya dulu.
Dari kedua kasus tersebut yang jadi pertanyaan kita adalah apakah sang anak ataupun kekasih tersebut yang membuat ia hidup sedang kita tau bersama bahwa tidak mungkin seorang hamba menghidupkan hamba yang lain karena hanya Tuhanlah yang berkuasa untuk melakukan itu semua.
Kalaupun seseorang itu merasa hidup itu dikarenakan hatinya telah kembali menjadi hidup setelah mendapatkan apa yang diinginkannya,dari sini kita tau bahwa hubungan manusia yang satu dengan yang lain diikat dalam hubungan rasa......baik itu Rasa Cinta,Rasa Kasih,Rasa Sayang,dsnya yang NOTABENE rasa-rasa tersebut ada didalam HATI .
Cinta menjadi indah karena ia melahirkan rasa aman,nyaman,damai dan bahagia.
Hanya Hati yang Hidup saja yang bisa merasakan rasa tersebut dia atas yang terimplementasikan / terapresiasikan lewat bahasa jiwa dan bahasa tubuh seperti rasa rindu / kasmaran,selalu ingin berduaan serta berdekatan terus dengan pasangannya hingga tidak ingin dipisahkan walau oleh / dengan apapun bahkan rela mati bersama seperti pada kisah Romi dan Yuli.
Cinta menjadi sebuah misteri karena ia memerlukan waktu,pengenalan,dan penyesuaian bentuk maupun rasa .
Sebelum kita melangkah lebih jauh perlu kita ketahui bersama apa itu waktu,menurut hemat penulis waktu memiliki arti harfiah adalah suatu perjalanan dari perhitungan matematis misal waktu ke menit,menit ke jam dstnya.Ataupun arti lainnya seperti perjalanan hidup dan perjalanan takdir.
Yang dimaksudkan disini adalah saat/ketika pertemuan maupun berakhirnya suatu hubungan Cinta Kasih diantara dua atau lebih pelakunya.
Perlunya pengenalan disini penekanannya pada pengenalan diri akan hakikat siapa diri kita sesungguhnya dan apa yang sebenarnya yang diinginkan dalam hidup ini.
Dan hal tersebut memerlukan kesesuian bentuk maupun rasa yang telah ada didalam diri yang umumnya disebut sebagai fitrah/sejatinya diri. ianya merupakan suatu proses yang tidak mudah bahkan perlu perjuangan dan pengorbanan yang tidak sedikit untuk dapat sampai pada HAKIKAT / KENYATAAN yang sesungguhnya.
Cinta menjadi buta karena ketidaktahuan ataupun kekeliruan cara memandang dan memaknainya.
Hal ini berkaitan erat dengan apa yang dibahas sebelumnya diatas tadi,Cuma yang menjadi penekanan disini adalah jika keliru cara memandang/memaknai CINTA maka akan keliru pula pada prakteknya dan pada apa yang akan didapat (dihasilkan)dan seringkali yang terjadi adalah sebuah Dilema,dan rasa frustrasi yang bermuara pada Penganiayaan ke atas Diri Sendiri bahkan pada orang lain
Meski Samar namun hal ini sering menghinggapi kebanyakan pribadi dan bahkan sampai ikut berperan aktif menimbulkan kerusakan / kehancuran umat manusia baik sebagai suatu Pribadi, Kaum, Masyarakat, bahkan sebagai Bangsa/Negara.
Apakah ada kaitan antara diri sebagai sebuah pribadi,cinta dan kehidupan ?
Jawabnya ADA,karena seorang insan yang baik tentunya akan mampu meletakkan cinta pada hakikat yang sesungguhnya sehingga akan mampu pula menghargai arti hidup dan kehidupan yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa,sehingga pada akhirnya terciptalah pula kehidupan yang DAMAI lagi BAHAGIA dimuka bumi ini.
Akhirul Kalam andai boleh Penulis memberikan pendapat sebagai Kesimpulan dari tulisan ini...........
Letakkanlah Kecintaan kepada Allah Swt diatas segala kecintaan kita pada hamba-hamba allah lainnya karena dari dialah kita berasal dan hanya padanya jua akhirnya kita akan kembali....Amin Ya Rabbal Alamin.

LEBIH HEBAT DARI BERZINA    

Pada suatu senja yang lenggang, terlihat seorang wanita berjalan terhuyung-huyung. Pakaiannya yang serba hitam menandakan bahwa ia berada dalam duka cita yang mencekam. Kerudungnya menangkup rapat hampir seluruh wajahnya. Tanpa rias muka atau perhiasan menempel di tubuhnya. Kulit yang bersih, badan yang ramping dan roman mukanya yang ayu, tidak dapat menghapus kesan kepedihan yang tengah meruyak hidupnya. Ia melangkah terseret-seret mendekati kediaman rumah Nabi Musa a.s.
Diketuknya pintu pelan-pelan sambil mengucapkan salam. Maka terdengarlah ucapan dari dalam "Silakan masuk". Perempuan cantik itu lalu berjalan masuk sambil kepalanya terus merunduk. Air matanya berderai tatkala ia berkata, "Wahai Nabi Allah. Tolonglah saya, Doakan saya agar Tuhan berkenan mengampuni dosa keji saya." "Apakah dosamu wahai wanita ayu?" tanya Nabi Musa as terkejut. "Saya takut mengatakannya." jawab wanita cantik. "Katakanlah jangan ragu-ragu!" desak Nabi Musa. Maka perempuan itupun terpatah bercerita, "Saya ......telah berzina." Kepala Nabi Musa terangkat, hatinya tersentak.
Perempuan itu meneruskan, "Dari perzinaan itu saya pun......lantas hamil. Setelah anak itu lahir, langsung saya....... cekik lehernya sampai......tewas", ucap wanita itu seraya menagis sejadi-jadinya. Nabi musaberapi-api matanya. Dengan muka berang ia menghardik," Perempuan bejad, enyah kamu dari sini! Agar siksa Allah tidak jatuh ke dalam rumahku karena perbuatanmu. Pergi!"...teriak Nabi Musa sambil memalingkan mata karena jijik.
Perempuan berewajah ayu dengan hati bagaikan kaca membentur batu, hancur luluh segera bangkit dan melangkah surut. Dia terantuk-antuk ke luar dari dalam rumah Nabi Musa. Ratap tangisnya amat memilukan. Ia tak tahu harus kemana lagi hendak mengadu. Bahkan ia tak tahu mau di bawa kemana lagi kaki-kakinya. Bila seorang Nabi saja sudah menolaknya, bagaimana pula manusia lain bakal menerimanya? Terbayang olehnya betapa besar dosanya, betapa jahat perbuatannya. Ia tidak tahu bahwa sepeninggalnya, Malaikat Jibril turun mendatangi Nabi Musa. Sang Ruhul Amin Jibril lalu bertanya, "Mengapa engkau menolak seorang wanita yang hendak bertobat dari dosanya? Tidakkah engkau tahu dosa yang lebih besar daripadanya?" Nabi Musa terperanjat. "Dosa apakah yang lebih besar dari kekejian wanita pezina dan pembunuh itu?" Maka Nabi Musa dengan penuh rasa ingin tahu bertanya kepada Jibril.
"Betulkah ada dosa yang lebih besar dari pada perempuan yang nista itu?" "Ada!" jawab Jibril dengan tegas. "Dosa apakah itu?" tanya Musa kian penasaran. "Orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja dan tanpa menyesal. Orang itu dosanya lebih besar dari pada seribu kali berzina".
Mendengar penjelasan ini Nabi Musa kemudian memanggil wanita tadi untuk menghadap kembali kepadanya. Ia mengangkat tangan dengan khusuk untuk memohonkan ampunan kepada Allah untuk perempuan tersebut.
Nabi Musa menyadari, orang yang meninggalkan sembahyang dengan sengaja dan tanpa penyesalan adalah sama saja seperti berpendapat bahwa sembahyang itu tidak wajib dan tidak perlu atas dirinya. Berarti ia seakan-akan menganggap remeh perintah Tuhan, bahkan seolah-olah menganggap Tuhan tidak punya hak untuk mengatur dan memerintah hamba-Nya. Sedang orang yang bertobat dan menyesali dosanya dengan sungguh-sungguh berarti masih mempunyai iman didadanya dan yakin bahwa Allah itu berada di jalan ketaatan kepada-Nya. Itulah sebabnya Tuhan pasti mau menerima kedatangannya.
Dikutip dari buku 30 kisah teladan - KH > Abdurrahman Arroisy) Dalam hadist Nabi SAW disebutkan : Orang yang meninggalkan sholat lebih besar dosanya dibanding dengan orang yang membakar 70 buah Al-Qur'an, membunuh 70 nabi dan bersetubuh dengan ibunya di dalam Ka'bah.
Dalam hadist yang lain disebutkan bahwa orang yang meninggalkan sholat sehingga terlewat waktu, kemudian ia mengqadanya, maka ia akan disiksa dalam neraka selama satu huqub. Satu huqub adalah delapan puluh tahun. Satu tahun terdiri dari 360 hari, sedangkan satu hari di akherat perbandingannya adalah seribu tahun di dunia.
Demikianlah kisah Nabi Musa dan wanita pezina dan dua hadist Nabi, mudah-mudahan menjadi pelajaran bagi kita dan timbul niat untuk melaksanakan kewajiban sholat dengan istiqomah.

Tolong sebarkan kepada saudara-saudara kita yang belum mengetahui

KUNCI-KUNCI RIZKI

KUNCI-KUNCI RIZKI    

Di antara hal yang menyibukkan hati manusia adalah mencari rizki. Tidak sedikit dari kalangan manusia ini yang mencari rizki dengan cara yang diharamkan Allah. Baik dari golongan tingkat atas maupun tingkat paling bawah, baik oleh pejabatnya maupun oleh buruh sekalipun.Mereka tidak lagi peduli terhadap larangan Allah dan Rasul-Nya r, Mereka tidak lagi bisa membedakan mana yang halal dan mana yang haram karena akal sehatnya sudah tak dapat lagi berfungsi lantaran rakusnya terhadap dunia dan lupa terhadap Allah Ar Razzaaq.
Kita dapat menyaksikan dengan mata kepala kita sendiri, banyak dari kaum muslimin mendatangi tempat-tempat yang haram dikunjungi seperti dukun-dukun, paranormal, orang pintar atau apa saja sebutan mereka yang mengaku mengetahui perkara yang ghaib. Mereka meminta melalui perantaraan orang orang yang dianggap bisa mengeluarkan mereka dari musibah dan mereka juga memohon pertolongan untuk mengetahui urusan yang ghaib. Dan ketahuilah, bahwa rizki adalah salah satu dari perkara yang ghaib itu.
Adalah suatu kewajiban bagi kita untuk bertawakkal kepada Allah yang telah menciptakan dan menanggung rizki semua makhluk-Nya. Dan sudah keharusan bagi kita untuk mengembalikan semua perkara yang ghaib itu kepada Allah saja.
Allah dan Rasul-Nya r telah memerintahkan kita untuk mencari rizki yang halal dan baik, yang tentunya dengan cara berusaha yang halal dan baik pula. Namun disamping itu Allah dan Rasul-Nya r memberi jalan kepada kita dengan dibukanya kunci-kunci rizki yang tentu saja tanpa meninggalkan kasab (usaha).
Kita akan bertanya dimanakah letak kunci-kunci rizki tersebut? Inilah 10 kunci-kunci rizki yang dikhabarkan kepada kita oleh Allah dan Rasul-Nya r :
1. Istighfar dan Taubat
Nabi Nuh u berkata kepada kaumnya : "Maka aku katakan kepada mereka, mohon ampunlah kepada Rabb-mu, sesungguhnya Dia Maha Pengampun, niscaya Dia akan menurunkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula didalamnya) sungai-sungai". (QS Nuh : 10-12)
2. Taqwa
Fiman Allah : "Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya". (QS. Ath-Thalaq : 2-3)
3. Bertawakkal (berserah diri) kepada Allah
Rasulullah r bersabda : "Sungguh, seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, niscaya kalian akan diberi rizki sebagaimana rizki burung-burung. Mereka berangkat pagi dengan perut lapar, dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang". (HSR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnul Mubarak, Ibnu Hibban, Al Hakim, Al Qudha’i dan Al Baghawi dari ‘Umar bin Khaththab t)
4. Beribadah sepenuhnya kepada Allah semata
Rasulullah r bersabda : "Sesungguhnya Allah berfirman : "Wahai anak Adam, beribadahlah sepenuhnya kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan dan Aku penuhi kebutuhanmu. (Dan) jika kalian tidak melakukannya, niscaya Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan dan tidak Aku penuhi kebutuhanmu". (HSR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al Hakim dari Abu Hurairah t)
5. Menjalankan Haji dan Umrah
Rasulullah r bersabda : "Kerjakanlah haji dengan umrah atau sebaliknya. Karena sesungguhnya keduanya dapat menghilangkan kemiskinan dan dosa sebagaimana api dapat menghilangkan kotoran (karat) besi." (HSR Nasa’i. Hadits ini shahih menurut Imam Al Albani. Lihat Shahih Sunan Nasa’i.)
6. Silaturrahim (menyambung tali kekerabatan yang masih ada hubungan nasab)
Rasulullah r bersabda : "Barangsiapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung tali silaturrahim" (HSR. Bukhari)
7. Berinfak dijalan Allah
Allah berfirman : "Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya. Dialah sebaik-baiknya Pemberi rizki". (QS. Saba : 39)
8. Memberi nafkah kepada orang yang menuntut ilmu
Anas bin Malik t berkata : "Dulu ada dua orang bersaudara pada masa Rasulullah r. Salah seorang mendatangi (menuntut ilmu) pada Rasulullah r, sedangkan yang lainnya bekerja. Lalu saudaranya yang bekerja itu mengadu kepada Rasulullah r (lantaran ia memberi nafkah kepada saudaranya itu), maka Beliau r bersabda : "Mudah-Mudahan engkau diberi rizki dengan sebab dia". (HSR.Tirmidzi dan Al Hakim, Lihat Shahih Sunan Tirmidzi)
9. Berbuat baik kepada orang-orang lemah
Mush’ab bin Sa’d t berkata, bahwasanya Sa’d merasa dirinya memiliki kelebihan daripada orang lain. Maka Rasulullah r bersabda : "Bukankah kalian ditolong dan diberi rizki lantaran orang-orang lemah diantara kalian?". (HSR. Bukhari)
10. Hijrah dijalan Allah
Allah berfirman : "Barangsiapa berhijrah dijalan Allah, niscaya mereka akan mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rizki yang banyak". (QS. An Nisa : 100)
Demikianlah beberapa kunci-kunci rizki dalam Islam yang memang sudah selayaknya seorang muslim untuk yakin terhadap apa yang difirmankan Allah dan apa yang disabdakan Rasul-Nya r supaya kita tidak terjerumus kedalam I’tiqad (keyakinan), perkataan dan perbuatan yang bathil.
Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, kepada segenap keluarga, shahabat dan orang-orang yang mengikutinya dengan baik sampai akhir zaman nanti. Wallahu A’lam.
* * *
(Abu Ghailan, disarikan dari kutaib "Mafaatihur Rizq fii Dhau’il Kitab was Sunnah"
karya Dr. Fadhi Ilahi. (Judul edisi Indonesia "Kunci-kunci Rizki menurut Al Qur-an dan Sunnah")

Kuikhlaskan perjalanan terjal ini semata untuk ridhoNya..

Kuikhlaskan perjalanan terjal ini semata untuk ridhoNya.. 

Oleh : Iswari NH

Hidup di dunia memang tidak mudah. Bahkan terlalu sulit kurasa. Ataukah karena aku belum bisa menyentuh kata ‘Ikhlas’ yang sebenarnya??? Atau memang aku masih jauh dari manusia yang sabar dan ikhlas.. Astaghfirulloh..
Aku menganggap masih terlalu muda untuk menerima ini semua, tetapi kembali lagi bahwa ini adalah perjalanan hidup, perjalanan hidup yang harus dilalui.
Beberapa waktu lalu aku berpikir bahwa aku akan mendapatkan kebahagiaan ketika aku masuk perguruan tinggi ternama di Indonesia. Dan ternyata Allah pun mengijinkannya. Aku mengenyam pendidikan ini selama 3 thn 8 bln. Cukup singkat bukan?? Alhamdulillah juga mendapatkan predikat cum laude. Bukan maksud ingin menyombongkan diri, hanya refleksi diri yang sangat lama tidak pernah aku lakukan. Ehm..ehm.. so, apa yang kudapatkan di perguruan tinggi?? Mendapatkan ilmu yang bermandaaf dan sekaligus aku mendapatkan jodohku disana. Alhamdulillah,
Weits.. jangan berprasangka buruk dulu lho, aku mengenalnyapun setelah aku usai kuliah. Dan kami pun berencana untuk melanjutkan studi kami masing-masing. Alhamdulillah, rahmad dan ridho Allah, akhirnya kami pun menikah ketika kami kuliah S2.. ehm, perjuangan yang tidak mudah juga, kami harus menyisihkan beasiswa kami untuk hidup kami, karena memang kami ingin focus kuliah. Maha Besar Allah dengan segala pemberiannya, kami cukup dengan rezeki yang dikasih oleh Allah, bahkan Allah memberikan kami rezeki yang luar biasa yaitu seorang bayi kecil yang lucu yang mirip sekali dengan Ayahnya.. Allahu Akbar..
Kebahagiaan yang tak terkira yang diberikan oleh Allah hanya dalam kurun waktu 14 bulan. Ehm, kami hanya mengenal tersenyum dan tangis bahagia. Alhamdulillah, Allah memberikan karunia yang luar biasa padaku, suami yang sholeh, penyayang, setia dan luar biasa. Kemudian Allah juga memberikan karunia pada kami seorang anak yang cakep, sehat, dan semoga menjadi anak yang sholeh.
Ternyata di balik kebahagiaan ini, Allah sedang mempersiapkan ujian yang akan ditempakan padaku. Usia perkawinan yang hanya sebentar mungkin kali ya, 14 bulan saja. Suamiku pun berpulang, menghadap Allah, di negeri Gadjah Putih, Thailand. Ehm.. kaget, sedih, bingung, ga percaya waktu itu, tetapi ya memang itulah takdir Allah…
Bingung, antara percaya dan tidak percaya, bingung bagaimana membesarkan anak tanpa Ayahnya, bingung bagaimana dengan perkuliahanku yang belum selesai, bingung dan bingung.. kerjaanku hanya diam dan bersandar sama Allah, karena aku yakin bahwa aku pun ga mampu menjalani semua ini atas ijin Allah. Hanya Allah Yang Maha Tahu untuk semua yang ada di dunia dan akherat. Ku mencoba untuk ikhlas, untuk pasrah, sabar dan apapun itu yang harus dilakukan dan disyariatkan agama..
Sholat, doa, yang hanya bisa ku keluarkan.. ehm, tetapi coba kucamkan dalam hati, bahwa Allah lah pemilik semua alam ini, dan Allah lah yang Maha segalanya..
Ehm, aku mencoba untuk menyusuri jalan terjal ini, mencoba mengarungi gelombang yang tinggi, mencoba mendaki gunung yang berbatu. Ditengah2 kesedihan yang sangat dalam, ditengah cucuran air mata duka, duka ketika harus melihat kedua orang tuaku merasa “gagal” membahagiakan anaknya, ketika melihat mertuaku menangis karena “kepergian” putranya.. huh… sedih, pilu, teriris, dan entahlah aku ga bisa menggambarkan semua ini..
Aku hanya bisa menjalani apa yang ada didepan mataku, kucoba untuk berbuat sedikit demi sedikit yang bisa kulakukan.. tanpa ada keinginan yang tinggi, mencoba mengalir bagai air..bagai air yang sudah diatur oleh alur sungai, begitu pula diriku, kupendekkan angan-angan, mencoba untuk bertahan dan berdiri tegak, belum berusaha untuk berjalan apalagi berlari.. Hm..memang susah, tetapi harus kucoba…  hanya satu kata yang kucari yaitu “RIDHO” dari Allah,..
Hm…
Perjalanan ini kenapa begitu sukar bagiku?? Memang hidup ini harus dijalani dengan pelan-pelan dan penuh keseriusan, penuh dengan batu terjal dan gunung yang harus di daki.. Bukankah ketika semakin tinggi gunung yang didaki, akan semakin indah pemandangan yang akan diliat??
Bukankah ketika semakin dalam menyelam juga pemandangan di bawah laut juga semakin indah??
Bukankah semakin berat perjuangan akan menghasilkan hasil yang sangat manis??
Perjuangan ini memang tidak mudah, perlu cucuran air mata, perlu tetesan keringat, perlu cacian, makian bahkan hinaan yang akan membuatku semakin mengerti bahwa inilah jalan Allah, inilah kehidupan yang tidak mudah seperti membalikkan telapak tangan..
Ternyata, butuh proses yang tidak mudah untuk ini semua, dan itupun masih saja belum mampu untuk menyenangkan banyak orang.. kok menyenangkan banyak orang.. apa yang telah kulakukan sampai saat ini belum mampu membuat orang lain tersenyum bahagia..
Hm..hm.. tetapi tidak boleh berhenti, appaun hasilnya, baik, buruk, menyenangkan, dan menyakitkan adalah sesuatu yang harus diterima dengan tangan terbuka. Memang sih, sangat sulit untuk menerima semua ini dan berjalan dengan tetap tegak berdiri.. tetapi masih ada sandaran yang tidak akan pernah meninggalkan kita, yaitu dzat yang luar biasa yaitu Allah SWT..
Nah, siapa yang akan memberikan semangat padaku kalo bukan diriku sendiri, siapa yang akan membuatku tersenyum kalo bukan diriku sendiri, dan siapa yang akan membesarkan putraku kalo bukan diriku sebagai orang tuanya baginya..
Memang, semua ini tidak pernah terpikirkan olehku, tetapi ‘buntut’ dari perjalanan ini juga tidak mudah, dan begitu banyak menyita pikiran dan energi… tetapi hidup harus berjalan dan roda dunia semakin berputar,
so.. jangan menyerah, jangan berputus asa, Allah menyukai orang yang kuat, dan hanya orang2 yang kuat yang bisa menjalani ujian Allah dengan sukses..
Hanya kepada Allah, kupersembahkan doa yang tulus, ratapan yang memilukan, dan luapan emosi yang mendalam.. Sekarang, luruskan niat hanya untuk menggapai ridho Allah…
Insya Allah, Allah akan memberikan jalan yang terbaik..
Bagi saudara2ku yang sedang mengalami kesusahan, kesedihan, percayalah bahwa ada Allah yang akan memberikan ‘kenikmatan’ yang luar biasa, kalo ga di dunia, insya Allah Allah akan memberikan di akherat nanti… Insya Allah, Allah Maha Adil.. Insya Allah, jangan berhenti berjuang, jangan berhenti untuk berharap, karena Allah akan mendengar ratapan kita.. Insya Allah,

Iswari Nur Hidayati (iswari_alfauzan@yahoo.com.sg)