Apr 26, 2009

Sebab Turunnya Nabi Adam Dan Hawa Ke Bumi

فأزلـهما الشــيطان عنها فأخـرج هما مما كان فيه وقلنا إهبطوا بعـضكم لبعـض عــدو ولكم في الأرض مستقر ومتاع الى حين

"Lalu syetan memperdayakan keduanya dari syurga, sehigga keduanya dikeluarkan dari (segala kenikmatan) ketika keduanya di sana (syurga), dan kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat tiggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan." (QS Al Baqarah, 36)

Kitab Al Jami Liahkamil Qur’an[i] dalam menafsiri ayat di atas yaitu lafad فأزلـهما ini adalah bacaan kebanyakan Ulama’ dengan menetapkan alif, dan ada yang membaca dengan tampa alif diambil dari lafad زلة (kecelakaan, dosa, khilaf) maksudnya adalah, syetan berkehendak untuk memberikan kesalahan dan ingin mengeluarkan Nabi Adam dan Ibu Hawa dari syurga. Imam hamzah membaca dengan menetapkan alif فأزلـهما mengambil arti dari lafad تنحية (menyingkirkan) yaitu syetan bekehendak menyingkirkan keduanya dari syurga. Ibnu Kaisal berpendapat, lafad فأزلـهما ini diambil dari kata baku زوال (bergeser) maksudnya yaitu berpalingnya Nabi Adam dan Siti Hawa dari mengerjakan pekerjaan yang taat kepada Alloh bergeser menuju pekerjaan maksiat kepada Alloh SWT.
Dalam kitab Hadaikurruh Warroihan[ii] dalam menafsiri ayat di atas yaitu syetan (iblis) mengelincirkan Adam dan Hawa juga menyingkirkan keduanya dan menjauhkan keduanya dari syurga, dan disebutkan dalam Al Qur’an surat Al Imron ayat 155 yang artinya: “Hanya saja mereka digelincirkan oleh syetan, disebabkan kesalahan yang telah mereka perbuat (di masa lampau)” (Al Imron: 155). Dan masuknya syetan (iblis) ini untuk mengeluarkan keduanya bagaimana ? Sedangkan iblis ini seorang kafir dan orang kafir tidak bisa masuk syurga. Masuknya syetan (iblis) ini ada beberapa pendapat
Masuknya syetan (iblis) ini menyerupakan dengan wajah yang mulia seperti masuknya malaikat ke syurga, dan iblis tidak tercegah masuk ke dalam untuk menggoda dan menguji Adam dan Hawa.
Masuknya syetan (iblis) ke syurga melalui rupa hewan dari salah satu hewan yang berada di syurga.
Syetan (iblis) meggoda Adam dan Hawa dari luar syurga sebagaimana dijelaskan dalam surat Al A’raf ayat 20 yang artinya “ Maka syetan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya “.
Dan ada lagi yang mengatakan selain dari yang telah disebutkan di atas.

Oleh karena itu mari kita bersama-sama berhati-hati untuk menghadapi serangan syetan yang datang secara tiba-tiba. Seorang ahli hikmah dalam penelitiannya tentang serangan syetan terhadap manusia, telah memperoleh 10 data (jalan terobosan) yaitu[iii]
1).Diterobos lewat kerakusan dan keburukan prasangkanya, maka jika terjadi yag demikian hendaklah menangkisnya dengan keyakinan mantap pada janji Alloh dan bersikap qona’ah.
2).Diterobos lewat khayalan (lamunannya), dan tidak sedikit orang yang sering ngelamun itu kerasukan syetan, solusinya adalah dzikrulloh dan ingat maut.
3).Diterobos lewat berlagak santai dan kelezatan nikmat, dan jika terjadi seperti ini maka balaslah serangan itu dengan menyadari bahwa ni’mat itu akan lenyap dan hisab di hari kiamat amatlah berat.
4).Diterobos dari rasa bangga (ujub) atas keberhasilan usahanya, cara menghadapinya adalah tangkislah dengan mengingat karunia yang diberikan Alloh dan takut akan akibatnya
5).Diterobos dengan mengecilkan kawan dan menghinanya, jika terjadi demikian maka hendaklah saling menghargai dan menghormati.
6).Diserbu dengan sifat hasud, kalau terjadi yang demikian maka hadapilah dengan keyakinan akan keadilan Alloh dalam membagi rizki.
7).Dari sifat ingin dipuji (riya’) manusia, jika ini terjadi maka patahkanlah dengan keihlasan amal.
8).Diserang dengan sifat kikir, maka jika hal ini terjadi harus berjuang dengan mengingat bahwa segala sesuatu yang berada di tangan manusia pasti lepas (binasa).
9).Diterobos dengan sifat sombong, jika terjadi demikian maka lawanlah dengan rendah diri “tawaddu’”.
10). Ditembus dengan sifat tamak, maka jika terjadi sedemikian hendaklah ditahan dengan berharap semata-mata kepada Alloh dan setiap harapan pada manusia putuskanlah.


[i] Abi Abdillah Muhammad bin Ahmad Al Anshoriy Al Qurtubiy. Al Jami’ Liahkamil Qur’an 359 Darul Fikri Bairut Libanon cetakan tahun 1420 H/ 1999 M

[ii] Muhammad Amin bin Abdulloh Al Uromiy. Hadaikurruh Warroihan 320 luz 1 Darut Taukin Najah. Bairut Libanon. Cetakan kedua 1426 H/ 2005 M

[iii] Abu Laist Samarqondiy yang dialih bahasakan Indonesia oleh Abu Imam Taqyuddin Terjemah Tambihul Ghofilin 618-622 Mutiara Ilmu Surabaya

Apr 12, 2009

MUSYAWAROH

1.Pengertian musyawaroh

Kata musyawaroh berasal dari bahasa arab bentuk masdar dari zighot (bentuk) fi’il madi شاور يشاور مشاورة yang artinya menurut etimologi yaitu: berembuk atau berunding, sedangkan menurut terminologi adalah: perundingan bersama antara dua orang atau lebih untuk mendapatkan keputusan yang lebih baik.

Keterangan diatas dapat diambil pengertian bahwa musyawaroh sangatlah penting bagi kita semua untuk menjadikan suatu keputusan masalah agar menjadi lebih baik.Sebab dengan bermusyawaroh persoalan atau masalah-masalah yang muncul dapat dipecahkan dan dicarikan jalan keluarnya bersama sama

.

2.Pentingnya musyawaroh

Musyawaroh sangat penting dalam segala bidang baik itu berupa:agama, negara, organisasi dll.Sebab apabila tampa diadakan musyawaroh, apabila ada masalah akan sulit dipecahkan, diantara pentingnya diadakan musyawaroh antara lain:

a).Untuk mencari jalan keluar dari suatu masalah secara adil

b).Untuk mencari kebenaran dan persetujuan bersama demi

kemaslahatan bersama

c).Untuk menghilangkan sikap otoriter,diktator dan sewenang

wenang

d).Untuk belajar mengemukakan gagasan dan pendapat

Dan saking pentingnya lagi, sampai Alloh swt berfirman dalam surat al imron ayat 159 yang artinya.

“Maka disebabkan rahmat Alloh kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka,sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu, karena itu maaf kanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarohlah dengan mereka dalam urusan itu, kemudian jika kamu telah mambulatkan tekat maka bertawakkallah kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh menyukai orang yang bertawakkal kepadanya .”{QS Al Imron:159}

.Dan sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya:

“Tidak seorangpun yang paling banyak bermusyawaroh dengan para sahabatnya selain dari Rosulluloh SAW “.{HR Abu hurairoh}

.Dalam hal ini secara jelas dan tegas menunjukkan betapa pentingnya majelis musyawaroh untuk membicarakan suatu persoalan yang sedang dihadap

i.

keutamaan sedekah

KEUTAMAAN SEDEKAH

Pernakkah anda di suatu saat hati anda sangat susah dan pekerjaan anda selalu tidak sukses atau penyakit anda tidak kunjung sembuh, juga bencana alam yang tak kunjung hentinya.Taukah anda bahwa solusinya sangat mudah dan gampang yaitu bersedekah, sesuai dengan sabda Nabi:

حصنواأموالكم بالزكاة وداووامرضاكم بالصدقة

واستقبلواأنواع البلاء بالدعاء} ألحديث{

Artinya:”Peliharalah hartamu dengan mengeluarkan zakat dan sembuhkanlah (obatilah) para pasienmu (yang sakit dari keluargamu) dengan bersedekah, dan atasilah (ditolak) aneka bala’ dengan memanjatkan do’a.(Al-Hadits)

Sehubungan dengan hadits diatas ada sebuah cerita pada zaman dahulu, seorang pendeta yang sudah 60 tahun beribadah di biaranya, lalu tergoda seorang pelacur, hingga melanggar larangan Alloh, menjelang kematiannya ia memberi sepotong roti pada seorang pengemis. Sesudah mati amalnya ditimbang, lebih berat dosanya dari pada 60 tahun ibadah nya. Tetapi sesudah ditambah dengan roti sepotong, mendadak timbanganya menjadi lebih berat amal baiknya dari pada dosanya, dan selamatlah ia barkat roti sepotong

Oleh karena itu marilah kita berlomba lomba dalam bersedekah, sebab Alloh bersabda dalam Al Qur’an surat Ali Imron ayat :92 yang artinya “Kamu tidak akan mencapai bakti sempurna sebelum membelanjakan setengah hara yang kau cintai.” {Ali Imron:92}.Dan sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya “ Orang kikir jauh dari Alloh, jauh dari manusia dan dekak denga neraka Nya. Dan pemurah dekat pada Alloh dekat dari sorga Nya mudah bergaul dengan manusia jauh dengan neraka Nya.”{Al Hadits}

Dan ada perkara pembangkit semangat sedekah dan memperbesar pahalanya yaitu :

1.Bersedekah dengan harta yang halal

2.Memberinya dengan harta yang sedikit

{jangan menunggu kaya atau menuggu

banyak harta}

3.Menyegerakannya, khawatir tidak

punya kesempatan bersedekah

sebelum mati.

4.Memilih harta yang paling baik,

khawatir digolongkan orang orang

bakhil

5.Bersedekah dengan samar-samar

khawatir riya’

6.Tidak mengundat-undat, khawatir sia

sia amalnya

7.Tidak menyakiti atau menghina orang

yang diberi karna takut dosa .Alloh

berfirman :

لاتبطلوا صدقاتكم بالمن والآذي

Artinya:”jangan batalkan pahala sedekahmu, dengan mengundat-undat dan menyakiti (menghina).” (Al-Baqoroh)

Siapakah mahluk yang pertama di bumi?

وإذقال ربك للملائكة إني جاعل فى الأرض خليفة قالوا أتجعل فيها من يفسد فيها ويسفك الدمأ ونحن نسبح بحمدك ونقدس لك قال إني أعلم مالاتعلمون. (البقرة-30)

Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah dumi.” Mereka berkata, “apakah engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan mensucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Setelah turunnya ayat tersebut dapat menimbulkan pertanyaan bahwa Alloh SWT sebelum mengutus Nabi Adam AS telah mengutus mahluk lain sebelum Adam AS . Siapakah mahluk tersebut? Di dalam kitab Durul Mansur[1] dalam mentafsiri ayat إني جاعل فى الأرض خليفة yaitu sebelum Nabi Adam As diutus menjadi kholifah di bumi Alloh telah mengutus Jin dan anak cucunya di Bumi selama 1000 tahun. Lalu mereka merusaknya dan mengalirkan darah, kemudian Alloh mengutus Malaikat ke Bumi sebagai tentara, maka mereka membunuh semua jin sampai ke semenanjung laut. Dan keterangan ini adalah pendapat Al Hakim dan dishohihkan oleh Ibnu Abas.

Ibnu Jarir juga berpendapat dari Ibnu Abbas[2] tentang menafsiri ayat di atas yaitu yang pertama kali menempati bumi adalah Jin tetapi mereka merusaknya, mengalirkan darah dan saling membunuh antara satu dengan yang lainnya. Kemudian Alloh mengutus Iblis sebagai tentara dari sebagian Malaikat kemudian mereka membunuh semua Jin dari semenanjung laut hingga ke puncak-puncak gunung. Setelah Iblis melakukan pekerjaannya lalu dia menyombongkan diri dengan berkata “ Aku telah membuat sesuatu yang mana tak pernah seorang pun melakukan perbuatan tersebut “ kemudian Alloh mengetahui perkataan Iblis tersebut walaupun dalam hatinya, sedangkan Malaikat tidak mengetahui.

Dari kesimpulan ayat di atas dapat diambil pengertian bahwa Alloh mengutus kholifah di Bumi yang pertama bukanlah Nabi Adam tetapi jin dan anak cucunya lalu Alloh mengutus Nabi Adam AS, sebagai penggantinya beserta anak cucunya hingga sekarang sebagai kholifah di bumi.



[1] Jalaluddin As Suyuthi Durul mansur (102-103) Darul Ihya’ At tauroh Al arabiy Bairut Libanon

[2] Imam Fahrur Roziy Tafsir Kabir (388-389) Darul Ihya’ At tauroh Al arabiy Bairut Libanon

Apr 5, 2009

PERAN ANAK PADA ORANG TUA


Setidaknya sebagai seorang anak harus mematuhi orang tuanya baik lahir maupun batin dikarnakan jasa yang sangat mulia yang telah diberikannya, seperti seorang ibu yang telah mengandung selama 9 bulan lamanya, menyusui dan merawat hingga dewasa
Dan seperti seorang ayah yang telah mencari nafkah untuk menghidupinya, maka dari itu sewajarnya kalau kebaikan tersebut kita balas dengan berlipat-lipat kebaikan jangan sampai kita balas dengan kejelekan, seperti pepatah yang megatakan air susu dibalas dengan air tuba, yaitu kebaikan yang dibalas dengan kejelekan.Akan tetapi dimasa sekarang sulit untuk mencari anak yang berbakti pada orang tuanya dikarnakan pola pikir mereka yang hanya mengutamakan harta dari pada mengutamakan orang tuanya.
Allah telah berfirman dalam hadist qudsi:
Aku bersumpah dengan keagungan dan kekuasaan-Ku bahwa bila seorang anak tidak patuh pada orang tuanya seraya datang kepada-Ku dengan segala amal baik semua para Nabi niscaya Aku tidak akan menerimanya.”
Firman diatas nampak bahwa sangat mulianya seorang ayah dan ibu sehingga Allah mewajibkan bagi seorang anak untuk mentaati dan juga mencintainya selagi perintah tersebut tidak bertentangan dengan syariat. didunia ini, orang tualah yang meyebabkan adanya kita dan menempatkan kita pada kesempurnaan yang tinggi sebagai manusia. Bila ada seseorang setelah sang maha pencipta, yang secara langsung bertanggung jawab terhadap keberadaan (eksistensi) dan perkembangan anak maka ia adalah orang tua.Dan apabila kita berbicara secara metaforis, maka orang tua adalah tuhan bagi anak-anaknya, karena alasan inilah Al-qur’an pada banyak surat telah mencantumkan kepatuhan terhadap orang tua seiring dengan kepatuhan terhadap Allah.
Allah berfirman didalam surat al-isro’ ayat 23 -24.
Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan meyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya jika salah seorang diantara keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah”dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka denga penuh kasih sayang dan ucapkanlah: “wahai tuhanku, kasihilah mereka sebagai mana mereka telah mendidik aku waktu kecil”.
Bagaimanapun, yang paling penting bahwa cinta dan patuh terhadap orang tua juga termasuk cinta kepada Allah, dan Allah menjadikan musuh pada orang yang tidak patuh atau benci pada orang yang dicintai Allah maka Allah akan menjauhkannya dari surga-Nya. Kata cinta dan ketaatan ialah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, cinta bagaikan nyala lampu dan ketaatan bagaikan cahayanya yang terang.

Perayaan Maulid Nabi SAW

Kata “مَولِد” adalah bentuk isim zaman yang diambil dari kata “ولد” dalam bentuk madli yang artinya: hari, bulan atau tahun kelahiran. Jadi yang dimaksud dengan bulan maulid adalah: bulan kelahiran Nabi besar Muhammad SAW.
Bulan Rabiul Awal merupakan bulan kelahiran Rasulullah SAW, tepatnya pada hari senin, tanggal 12 Rabiul Awal, yang pada tahunnya terkenal dengan sebutan tahun GAJAH. Sebagian besar umat islam –tepat pada tanggal dan bulan ini- membiasakan merayakan hari kelahiran Baginda Rasulullah SAW (molotan; madura), dengan berbagai macam cara; baik dengan cara yang sederhana seperti: selamatan (arebbe; madura), dengan membawa beranakaragam makanan dan buah-buahan ke- masjid/musholla sambil membaca sholawat “barzanji” dan lain sebagainya, atau dengan cara yang cukup meriah seperti: mengadakan pengajian akbar/umum yang mengisahkan atau meriwayatkan sejarah perjalanan Rasulullah SAW dan lain sebagainya, untuk mengisi dan menghiasi bulan itu. Apakah hal semacam ini pernah terjadi dizaman Rasulullah, atau dizaman sahabat? Kalau memang pernah terjadi, apakah perayaannya sama dengan yang dilakukan umat islam sekarang ini?.
Sekitar lima abad yang lalu, pertanyaan seperti ini juga muncul. Dan sampai sekarangpun pertanyaan-pertanyaan seperti ini masih sering kita dengarkan.
Seperti yang telah diketahui, perayaan Maulid Nabi ini merupakan satu perayaan yang terjadi kontroversi antar ulama`. Ulama` berbeda pendapat akan kebolehan perayaan ini. Masyarakat awam terjepit antara dua pendapat yang harus diikutinya. Sedangkan kedua belah pihak terdiri daripada ulama`-ulama` terkemuka. Lalu pendapat mana yang harus kita ambil?. Disini –Insyaallah- kami akan menjelaskan tentang masalah ini.
Sebenarnya banyak dari kalangan ulama` yang menyokong dan menyerukan akan perayaan Maulid Nabi yang antara lain ialah: Imam Jalaluddin Sayuti, Sayid Sheikh Ahmad bin Zaini Dahlan, Imam Sayuti, Ibnu Hajar Asqalani dan Ibnu hajar al-Haitami, Syaikh Ja`far Al-Barzanji, dan Sultan Salahuddin Al Ayyubi.
Imam Jalaluddin Sayuti berkata:
“Amalan (perayaan) semacam itu adalah bid`ah, akan tetapi bid`ah Hasanah (bid`ah baik) yang diberi pahala bila mengerjakannya kerana dalam amalan (perayaan) tersebut terdapat suasana membesarkan dan mengagungkan Nabi Muhammad SAW, melahirkan kesukaan dan kegembiraan atas lahirnya Baginda Rasulullah SAW yang mulia”.
Sayid Ahmad bin Zaini Dahlan berkata: “Telah berlaku kebiasaan bahwa orang apabila mendengar kisah Nabi dilahirkan, maka ketika Nabi lahir itu mereka berdiri bersama-sama untuk meghormati dan membesarkan Nabi Muhammad saw. Berdiri itu adalah hal yang mustahsan (dianggap baik) kerana pada dasarnya ialah membesarkan Nabi Muhammad saw dan sesungguhnya banyak yang telah mengerjakan hal serupa dari banyak kalangan ulama`-ulama` panutan umat”.
Syeikh Atiah Saqr juga berkata: Saya berpendapat “tidak menjadi kesalahan untuk menyambut maulid. Apatah lagi di zaman ini pemuda pemudi Islam semakin lupa dengan agama dan kemuliannya”.
Dalil-dalil yang ulama`-ulama` yang disebut di atas, yang cenderung membolehkan acara Maulid semacam ini tidak lain adalah berikut: 1.Firman Allah SWT -ketika mengutus Nabi Musa kepada kaumnya- yang maksudnya:
“Hendaklah kamu memperingatkan mereka dengan hari-hari kebesaran Allah”. (Surat Ibrahim: 5). 2. Firman Allah dalam surat Yunus: 58
“katakanlah: dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.” Ibnu `Abbas r.a. -dalam menafsirkan ayat ini- berkata: “yang dimaksud dengan kata “فضل الله” (karunia Allah) ialah: ilmu, dan “وبرحمته” (rahmat-Nya) ialah: Nabi Muhammad SAW. hal ini diperkuat dengan firman Allah SWT:
“Dan Kami tidak mengutusmu (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam”. (Al Anbiya`: 107) Yang artinya; Nabi Muhammad dilahirkan/diutus kedunia, tidak lain adalah sebagai rahmat bagi seluruh alam. Jadi sudah sepantasnya bagi ummat Muhammad (ummat islam) untuk selalu bersyukur kepada Allah SWT, tidak hanya pada setiap tahun saja, melainkan setiap bulan, setiap minggu, setiap hari, bahkan, setiap saat/detikpun kita harus mensyukurinya. Sebagaimana telah dilakukan oleh orang Yahudi. Dimana mereka berpuasa dihari Asyra` (10 Muharram), sebagai wujud syukur mereka atas selamatnya Nabi Musa AS dan ditenggelamkannya Fir`aun dan bala tentaranya. -Demikian yang disebutkan dalam hadits Bukhori Muslim-. Bahkan dalam kelanjutan hadits ini Nabi Muhammad berkata: Aku lebih berhak daripada kalian (orang yahudi). Lalu bagaimana dengan terlahir dan terutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai Sayidul Anbiya` wal Mursalin dan Khotimul Anbiya`. Tidakkah ini lebih patut kita syukuri?.
Tidak ada kenikmatan yang paling besar, selain keimanan dan keislaman yang telah dibawa dan disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW.
Sayid Muhammad Alawi Al Maliki Al Husni dalam kitabnya menjelaskan bahwa, orang yang pertama kali merayakan Maulid Nabi SAW, tidak lain adalah Beliau (Nabi SAW) sendiri, ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan Imam Muslim:
“Nabi telah ditanya tentang puasa hari Isnin (senin). Beliau bersabda: Pada hari tersebut adalah hari kelahiranku”.
Ada juga riwayat lain dari Abi Qatadah al Ansori; beliau berkata: Nabi telah ditanya tentang puasa hari Isnin (senin). Beliau bersabda: Pada hari tersebut adalah hari kelahiranku dan hari aku diutus sebagai Rasul dan juga hari diturunkannya Quran padaku”. Dari hadits ini jelas, bahwa Beliau Nabi Muhammadpun merayakan hari kelahirannya sendiri, dan merupakan orang yang pertama kali merayakannya. Akan tetapi Beliau merayakannya dengan cara berpuasa.
Apakah kita juga harus melaksanakan perayaan ini (maulid) dengan cara berpuasa?.
Tentu saja tidak, yang penting hukum asal dalam “syari`at islam” ada, -sama halnya dengan sholat TARAWIH- maka kita tinggal melaksanakannya saja. Adapun cara, itu tergantung pada ijtihad, pemikiran dan keberadaan/kemampuan kita masing-masing. Yang penting tidak bertentangan dengan “syariat” atau undang-undang islam (Al Qur`an, Al hadits, Ijma` Ulama`, dan Qiyas). Namun yang perlu ditekankan dalam mengadakan perayaan ini adalah: mengingat kepribadian atau sifat-sifat dan akhlak Nabi Muhammad SAW untuk kita teladani, sekaligus menjalani segala tuntunan-tuntunan yang beliau ajarkan melalui Al Hadits. Dikarnakan banyak ummat islam yang melupakan atau menyepelekan hal-hal yang sudah dituntunkan oleh Nabi SAW seperti: etika ketika masuk/keluar masjid, masuk/keluar WC, dan lain sebagainya, bahkan berhubungan intimpun (suami istri) itu telah dituntun oleh Nabi SAW. Padahal semua gerak-gerik kita dalam “sehari- semalam” itu tidak luput dari tuntunan Al Hadits.
Ada pula kelompok yang menyerukan, mencintai Nabi Muhammad tidak harus diwujudkan dengan perayaan (molotan; madura) yang berbau bid'ah. Momen maulid nabi diingat dengan jalan mencintai dan ittiba' (mengikuti) syariatnya/sunnah-sunnahnya dan mengagungkannya. Selain itu berdakwah serta memerangi setiap penyimpangan.Wallahu A`lam.[]
oleh Muhammad Su'udi